Minggu, 17 Januari 2016

Teori Pertukaran Sosial


Sejarah Kelahiran Teori Pertukaran Sosial
Kelahiran teori pertukaran sosial dilandaskan juga akan adanya teori Behaviorisme yang cukup dikenal di dalam psikologi, tetapi di dalam sosiologi ia mempunyai baik efek langsung terhadap sosiologi behavioral (Bushell dan Burgess, 1969; Baldwin dan Baldwin, 1986) maupun efek tidak langsung, khususnya terhadap teori pertukaran (Molm, 2005). Sosiolog behavioral memperhatikan hubungan efek-efek perilaku seorang aktor terhadap lingkungan dan dampaknya terhadap perilaku belakangan aktor itu. Hubungan itu sangat penting bagi pengondisian pelaksana, atau proses belajar yang “menghasilkan konsekuensi-konsekuensi yang memodifikasi perilaku” (Baldwin dan Baldwin, 1986: 6). Orang mungkin nyaris menganggap perilaku itu, setidaknya mula-mula pada bayi, sebagai perilaku yang acak. Lingkungan tempat perilaku itu berlangsung, entah sosial atau fisik, dipengaruhi oleh perilaku itu pada gilirannya “bertindak” kembali dengan berbagai cara. Reaksi itu – positif, negatif atau netral – mempengaruhi perilaku aktor kemudian. Jika reaksi tersebut telah memberi penghargaan pada sang aktor, besar kemungkinan perilaku yang sama dihasilkan di masa depan di dalam situasi-situasi yang serupa. Jika reaksi itu menyakitkan atau menghukum, perilaku itu kurang mungkin untuk terjadi di masa depan. Para sosiolog behavioral berminat pada hubungan antara sejarah reaksi-reaksi lingkungan atau konsekuensi-konsekuensi dan hakikat perilaku masa kini. Konsekuensi masa lampau perilaku tertentu, mengatur keadaannya yang sekarang. Dengan mengetahui apa yang ditimbulkan suatu perilaku di masa lampau, kita dapat memprediksi apakah seorang aktor akan menghasilkan perilaku yang sama di dalam situasi sekarang
            Prinsip-prinsip dasar teori pilihan rasional berasal dari ekonomi neoklasik (dan juga ultilitarianisme dan teori permainan; levy dkk., 1990; Lindenberg, 2001; Simson, 2007). Berdasarkan berbagai model yang berbeda, Debra Friedman dan Michael Hechter (1988) telah mengumpulkan apa yang mereka lukiskan sebagai model “kerangka” teori pilihan rasional. Meskipun teori pilihan rasional bermula dengan maksud-maksud atau tujuan-tujuan sang aktor, pilihan itu harus memperhitungkan setidaknya dua pembatas utama pada tindakan itu. Yang pertama adalah kelangkaan sumber daya. Para aktor mempunyai sumber daya yang berbeda-beda dan juga akses yang berbeda kepada sumber daya yang lainnya. Sumber kedua pembatas pada tindakan individu adalah lembaga-lembaga sosial. Pembatas-pembatas kelembagaan itu memberikan sanksi baik positif maupun negatif yang membantu mendorong tindakan-tindakan tertentu dan menciutkan semangat untuk melakukan tindakan-tindakan lain.
Tokoh Teori
v  George Homans

Dalam jantung teori pertukaran Homans terdapat sekumpulan proposisi fundamental. Meskipun beberapa proposisinya berkenaan setidaknya dengan dua individu yang berinteraksi, namun Homans sangat berhati-hati dalam menunjukkan proposisi-proposisi itu didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Kemudian meskipun Homans mendasarkan pada prinsip-prinsip psikologis, ia tidak menganggap para individu terisolasi. Dia mengakui bahwa orang bersifat sosial dan menghabiskan porsi waktunya yang cukup besar dalam berinteraksi dengan orang lain.

Dalam bukunya: “Sosial Behavior: Its Elementary Forms”, Homans menegaskan bahwa perilaku sosial individu dapat dijelaskan berdasarkan beberapapreposisi psikologis (kejiwaan) dan motivasi individutersebut. (proposisi ini dipandang sebagai dasarpertimbangan rasional/kalkulasi ekonomis).Kajian Homans ini fokus pada hubungan antar individu (model duaan) atau lebih terpusat padaperilaku individual (bukan kelompok ataumasyarakat).

v  Peter Blau.
Kajian Blau adalah memahami struktur sosial pada tingkatan analisis proses sosial yang mengatur hubungan antara individu dan kelompok. Tepatnya menginvestigasi bagaimana kehidupan sosial yang terorganisasi sedemikian rupa sebagai sebuah struktur kompleks hubungan antar manusia. Hal yang menarik di sini adalah kajian ini berbeda dengan homans yang hanya menitikberatkan teori pertukaran sosial pada relasi antar individu, menjadi lebih luas antara individu dan kelompok (lebih bernuansa sosial) oleh Blau. Contohnya seperti Interaksi antara pedagang dan pembeli di pasar adalah bentuk pertukaran sosial dalam masyarakat
Sosiologi mengkaji proses interaksi tatap muka sebagai dasar memahami struktur sosial yang muncul sebagai kekuatan sosial tertentu (dalam beberapa hal mempengaruhi perilaku individu). Blau mengemukaan 4 tahapan dari hubungan intepresonal menuju struktur sosial dan perubahan:
1.      Transaksi pertukaran personal antar individu
2.      Differensiasi status dan kekuasaan, yang kemudian
3.      Legitimasi dan Organisasi sosial
4.      Opposisi dan Perubahan Sosial
Fokus/unit Analisis
Teori-teori pertukaran sosial itu dilandaskan pada prinsip transaksi ekonomis yang elementer, yaitu orang menyediakan barang atau jasa yang sebagai imbalannya berharap memperoleh barang atau jasa yang diinginkan. Ahli teori pertukaran memiliki asumsi sederhana bahwa interaksi sosial itu mirip dengan transaksi ekonomi. Akan tetapi mereka mengakui bahwa pertukaran sosial tidak selalu dapat diukur dengan nilai uang, sebab dalam berbagai transaksi sosial dipertukarkan juga hal-hal yang nyata dan tidak nyata. Dalam sebuah pabrik misalnya, seorang pekerja berinteraksi dengan pembantunya dapat menjalin kerja sama yang intim dengan harapan memperoleh ganjaran nyata berupa sejumlah besar bonus tahun baru. Tetapi ganjaran dari persahabatan dan goodwill yang tidak nyata juga dapat melahirkan perilaku yang sama, bahkan di saat-saat dunia usaha mengalami masa sulit di mana bonus demikian itu merupakan hal yang mustahil. Model timbal balik tetap ada sejauh orang memberi dan berharap memperoleh imbalan barang atau jasa itu.
            Walaupun dasar-dasar teori pertukaran bisa ditemukan dalam karya-karya ahli-ahli sosiologi serta antropologi fungsionalis, akan tetapi perkembangan yang utuh dari teori sosiologis tentang pertukaran sosial pertama kali harus diakui berada di tangan George C. Homans, sedang penyempurnaan selanjutnya dilakukan oleh Peter M. Blau. Homans ingin memperbaiki apa yang dianggapnya merupakan kekurangan teori fungsional. Salah satu kritik terhadap fungsionalisme, ialah diabaikannya studi tentang individu. Fokus pandangan fungsionalisme bertumpu pada organisasi atau struktur serta tujuan atau fungsi dari sistem yang besar atau kecil. Individu hanya dianggap sebagai orang yang menempati status atau posisi tersebut. Tekanan pada struktur berasal dari tradisi Durkheimian, yang mencoba menunjukkan perlunya melihat sosiologi sebagai disiplin yang terpisah dari psikologi. Dengan demikian fungsionalisme struktural adalah sejenis sosiologi murni, yang berbeda dari campuran sosiologi dan psikologi yang merupakan bagian penting dalam perkembangan sosiologi Amerika selama tahun 1920-an dan 1930-an. Ketika pendulum bergeser dari psikologi sosial, maka nia sampai pada sudut ekstrim yang meremehkan pentingnya individu sebagai pelaku dalam masyarakat. Teori pertukaran merupakan suatu usaha untuk menggerakkan pendulum teori dari paham sosiologi ekstrim ke arah suatu evaluasi ulang tentang peranan individu dalam sistem sosial
ISI TEORI
Menurut Homans proposisinya yang dikemukakannya bersifat psdikologi karena dua alasan. Pertama, proposisinya itu biasanya dinyatakan dan diuji secara empiris oleh orang yang menyebut dirinya sendiri psikologi. Kedua, yang lebih penting, proposisinya itu bersifat psikologis karena menerangkan fenomena individu dalam masyarakat, proposisi itu lebih mengenai perilaku manusia individual dari pada kelompok atau masyarakat dan perilaku manusia sebagai manusia, umumnya dianggap menjadi bidang kajian psikologi.
Homas mencoba menjelaskan perkembangan industri tekstil yang digerakkan tenaga msi dan kemudian revolusi industri, melalui prinsip psikologi bahwa orang mungkin bertindak dengan cara sepertimeningkatkan hadiah dan biaya.Dalam karya teoritisnya, Homans membatsi diri pada interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Namun, jelas ia yakin bahwa sosiologi yang dibangun berdasarkan prinsip yang dikembangkan akhirnya akan mampu menerangkan semua perilaku sosial. Proposisi-proposisi Homans adalah sebagai berikut :
a.       Proposisi Sukses
             Homans merinci beberapa hal tentang proposisis sukses. Pertama, meskipun secara umum benar bahwa penghargaan-penghargaan yang sering meningkat menyebabkan tindakan-tindakan yang semakin sering, resiprokasi tersebut tidak dapat berlanjut secara tidak terbatas. Pada titik tertentu individu tidak dapat terus bertindak sesuai dengan yang sering ia lakukan. Kedua, semakin singkat jarak antara perilaku dan penghargaan, semakin mungkin seseorang mengulangi perilaku itu. Sebaliknya semakin lama jarak di antara perilaku dan penghargaan semakin lebih berkurang kemungkinan pengulangan perilaku itu. Akhirnya pandnagan Homans bahwa penghargaan-penghargaan yang sewaktu-waktu lebih mungkin mendatangkan perilaku yang berulang daripada penghargaan-penghargaan yang teratur.
b.      Proposisi Stimulus-Respon
             Homans tertarik pada proses generalisasi, yakni kecenderungan untuk memperluas perilaku kepada kondisi-kondisi yang serupa. Dalam hal ini Homans memberi contoh “seorang nelayan yang melemparkan jalanya ke dalam kolam yang gelap dan telah menangkap seekor ikan menjadi lebih cenderung untuk mencari ikan lagi di dalam kolam-kolam yang gelap.”
             Jika stimulus yang penting terjadi terlalu lama sebelum diperlukannya perilaku, hal itu mungkin tidak betul-betul merangsang perilaku. Seorang aktor dapat menjadi terlalu peka pada stimuli, khususnya jika mereka sangat bernilai bagi seorang aktor. Dalam faktanya sang aktor dapat merespon di dalam stimuli yang tidak relevan, setidaknya hingga situasinya diperbaiki oleh kegagalan-kegagalan yang berulang.
c.       Proposisi Nilai
             Semakin sesuatu yang dilakukan seseorang itu bernilai, maka semakin besar kemungkinan seseorang tersebut untuk melakukan suatu tindakan yang bernilai tersebut atau lebih. Jika penghargaan yang diberikan antara satu kepada yang lain dianggap bernilai para aktorlebih mungkin melakukan perilaku-perilaku yang diinginkan daripada jika penghargaan-penghargaan itu tidak bernilai. Pada titik tersebut Homans memperkenalkan konsep mengenai ganjaran dan hukuman. Penghargaan adalah tindakan dengan nilai-nilai positif dan meningkatnya penghargaan lebih mungkin untuk menimbulkan perilaku yang diinginkan. Hukuman adalah tindakan yang dinilai negatif dan peningkatan di dalam hukuman berarti sang aktor kurang mungkin mewujudkan perilaku-perilaku yang tidak diinginkan.
d.      Proposisi Deprivasi Relatif
             Semakin sering seseorang mendapatkan suatu penghargaan, maka semakin kurang dalam diri orang tersebut terhadap nilai penghargaan selanjutnya. Dala hal ini kadang orang akan jenuh jika penghargaan tertentu terentang dalam kurun waktu yang panjang.
e.       Proposisi Agresif-Penerimaan
             Hal yang dikemukan Homans adalah seseorang mungkin akan marah ketika hal yang dia inginkan tidak terjadi dan akan lebih agresif yang semuanya mengacu pada keadaan mental. Humans mengtakan bahwa “ ketika seseorang tidak mendapat apa yang diharapkan , dia disebut frustasi.
             Dalam konsep penerimaan, seseorang akan bisa lebih menerima apabila apa yang dia harapkan tersebut menjadi kenyataan dan akan menerima pula apabila apa yang dia harapkan tersebut tidak terwujud atau malah menerima hukuman. Hal ini pemikiran dia lebih mengarah kepada hal yang positif. Semua kejadian bertujuan untuk mengevaluasi diri untuk lebih baik kedepan. Seperti dalam menerima hukuman atau nasihat..
f.       Proposisi Rasionalitas
             Dalam propisisi Rasionalitas, pada dasarnya orang meneliti dan membuat kesimpulan mengenai berbagai alternatif dalam suatu hal yang nyata. Mereka membandingkan jumlah hadiah yang berkaitan dengan setiap bagian tindakan. Mereka pun memperhitungkan tindakan kemugkinan hadiah yang benar akan mereka terima. Proposisi rasionalitas menerangkan kepada bagaimana tindakan kita kepada presepsi mengenai peluang kesuksesan yang dicapai.
g.      Tindakan Sosial, Perulangan dan Rutinitas
Dalam tindakan sosial ini seseorang berperilaku atau bertindak kemungkinan seseorang individu mengulangi tindakan yang pernah ia lakukan, semua ini dipengaruhi oleh pengalaman individu itu di masa lalu. Pengalaman pada masa lalu akan memberikan pembelajaran apakah tindakan yang pernah kita lakukan itu benar atau tidak untuk dilakukan lagi. Dengan adanya perulangan-pengulangan tindakan yang dilakukan masa lalu hingga masa sekarang tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sebuah rutinitas yang dia lakukan dan rutinitas akan menimbulkan sebuah kebiasaan yang sulit untuk dilepas.

Dalam model Blau, manusia tidak didorong hanya oleh kepentingan sendiri yang sempit, seperti Homans, Blau menekankan pentingnya dukungan sosial sebagai suatu imbalan. Perilaku alturistik dapat didorong oleh keinginan untuk pujian sosial. Pastinya, keinginan ini mencerminkan kebutuhan egoistik untuk dipikirkan sebaik-baiknya oleh orang lain, tetapi untuk memperoleh tipe penghargaan ini, individu harus mengatasi dorongan egoistik yang sempit dan memperhitungkan kebutuhan dan keinginan orang lain. Blau juga menerapkan prinsip-prinsip teori pertukarannya ini dalam menganalisa hubungan sosial antara orang yang yang saling bercintaan dalam satu bab berjudul “Excursus on Love”. Dalam hubungan seperti itu banyak pertukaran istimewa yang terjadi, dapat dilihat sebagai simbol daya tarik emosional terhadap satu sama lain, ikatan hubungan yang bersifat timbal-balik, dan keinginan mereka untuk meningkatkan komitmen satu sama lain. Barang-barang materiil yang bisa dipertukarkan seperti hadiah, adalah, sangat penting, tidak untuk kegunaan praktis atau bernilai secara ekonomis, melainkan sebagai ungkapan komitmen emosional yang kelihatan.
            Sifat dasar yang muncul dalam struktur makro yang membedakannya dari struktur mikro. Bagi Blau sangatlah penting munculnya nilai dan norma bersama itu. Beberapa tipe yang berbeda mengenai nilai dan norma didiskusikan: nilai-nilai yang memberikan legitimasi, nilai-nilai oposisi, nilai-nilai partikularistik, dan nilai-nilai universalistik. Dalam sistem yang besar dan kompleks seperti masyarakat keseluruhannya, nilai-nilai abstrak seperti itu menjadi lenih penting daripada penghargaan yang bersifat langsung, untuk mempertahankan pola-pola pertukaran langsung. Meskipun bayaran orang secara pribadi itu selalu penting, orang sering rela untuk membatalkan pemuasan yang langsung atas beberapa kebutuhan demi kepentingan penyesuaian diri terhadap nilai-nilai dan norma-norma bersama, dan memperoleh dukungan sosial yang merupakan hasil dari penyesuaian diri itu. Pada umumnya, dinamika-dinamika sosial yang terkandung dalam proses institusionalisasi sangat penting untuk menjelaskan sistem makro yang luas ini; sebaliknya, proses-proses ini secara relatif kurang penting dibandingkan dengan bayaran atau penghargaan yang diberikan secara pribadi pada tingkat mikro dalam pertemuan tatap muka.

Kelemahan/Kekurangan Teori
§  Memiliki banyak kesamaan dengan kaum fungsionalis struktural
Dalam hal asumsi-asumsi mengenai hakikat manusia, Homans memiliki begitu banyak kesamaan dengan kaum fungsionalis struktural. Bersama mereka, Homans mengetengahkan gambaran orang yang rasional (berorientasi pada tujuan) dan ditentukan oleh kekuatan yang berada di luar dirinya. Sebenarnya Homans sendiri mengakui bahwa teori rasional atau orientasi-tujuan serta teori psikologi-perilaku itu sebagian besar sama sebab ilmu-ilmu sosial memiliki kerangka proposisi umum yang sama. Akan tetapi Homans (1973: 39) percaya bahwa “teori rasional” lebih terbatas daripada teori psikologi perilaku.

§  Para pengkritik juga merasa dirisaukan dengan “manusia ekonomi” Homans – khususnya dengan asumsi mengenai semua interaksi sosial itu “fair” atau sesuai dengan prinsip distribusi keadilan. Pengeritik itu juga menyatakan tidak realistis bila melihat dunia sebagai suatu sistem yang cenderung ke arah pertukaran seimbang. Dari kritik tersebut akan terlihat bahwa pandangan Homans tentang kekuasaan dan keadilan sosial itu tidak tepat. Apakah perbudakan, gaji di bawah standar, atau peperangan besar-besaran dapat diredusir pada prinsip pertukaran” Banyak komentator sosiologis akan berpikir sebaliknya.

§  Kritik terhadap teori Blau. Proses pertukaran yang dianggap “telah ada” itu tidak sepenuhnya memperoleh dukungan, penjelasan atau pembuktian. Bilamana seseorang bersedia menerima premis tentang pentingnya pertukaran dalam hubungan-hubungan sosial, maka dia dapat mengikuti perkembangan teori Blau ini. Bila tidak, maka premis pertukaran tersebut membuatnya tidak mungkin untuk menerima bangunan teoritis tersebut.
§  Kurang menilai daya pikir kreatif individu.
Teori ini gagal menjelaskan tentang solidaritas kelompok  berdasarkan pemenuhan kebutuhan individu. Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan yang resiprokal bagi kita namun hanya sebatas pada antar individu dengan kepentingan masing-masing sehingga tidak adanya solidaritas. Dari penjelasan tersebut terbukti bahwa teori pertukaran sosial kurang memperhatikan daya piker kreatif individu. Semua perilaku sosial individu didasarkan pada keadaan-leadaan tertentu. Meski ada pembahasan tentang individu juga punya peran dalam membentuk perilakunya, hanya saja fokus pertukaran tetap lebih kepada perilaku sosial yang mampu berulang dikarenakan pengalaman seorang individu.

§  Pertukaran ini memberikan dampak pada integrasi dan solidaritas kelompok-kelompok yang lebih besar dengan cara yang lebih efektif. Tujuan utama proses pertukaran ini adalah tidak untuk memungkinkan pasangan-pasangan yang terlibat dalam pertukaran itu untuk memenuhi kebutuhan individualistisnya. Akan tetapi untuk mengungkapkan komitmen moral individu tersebut kepada kelompok. Analisa mengenai perkawinan dan perilaku kekerabatan ini merupakan sebuah kritikan terhadap penjelasan Sir James Frazer seorang ahli Antropologi Inggris yang bersifat ekonomis mengenai pola-pola pertukaran yang terjadi antara pasangan perkawinan dalam masyrakat primitif.

Relevansi Teori untuk Analisis Masyarakat Kontemporer
            Berkaitan dengan masyarakat kontemporer hal ini bisa dikaitkan dengan pendapat Homans bahwa tujuan perilaku manusia adalah tujuan ekonomis untuk memperbesar keuntungan atau ganjaran. Seluruh fenomena sosial, termaksud kekuasaan yang memaksa, stratifikasi, wewenang serta perbedaan lainnya dapat di analisa sebagi bentuk-bentuk pertukaran. Menurut homans prinsip pertukaran ini memiliki kemampuan penjelasan yang tidak dimiliki oleh teori fungsionalisme tradisional. Walaupun Homans menyatakan teori pertukaran itu dapat dipakai menjelaskan perilaku manusia di tingkat institusional dan sub-institusional dan berunglingkup mikro.
Relevansi teori pertukaran sosial dan pilihan rasional bisa dengan mudah ditemui di kehidupan masyarakat. Sebagai contoh yaitu ketika mengenai masalah pernikahan atau perkawinan. Mengenai hubungan suami istri, mereka akan terasa nyaman dan langgeng apabila keduanya saling mencintai, memahami dan menguntungkan. Namun apabila hubungan tersebut merugikan, maka akan menimbukkan sebuah perceraian, karena ketidakcocokan antara keduanya. Fenomena perceraian seringkali kita jumpai dalam masyarakat ini, sebuah pertikaian dan saling menuntut sering terjadi ketika keduanya merasa dirugikan.
Jadi dalam teori pertukaran sosial ini seseorang satu sama lain, haruslah memiliki timbal balik, dimana satu sama lain saling menguntungkan bukan saling merugikan yang membuat mereka merasa terbebani.

DAFTAR PUSTAKA
Johnson, D. P.1989. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 2. Jakarta: Gramedia
Poloma. 2013. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers
Ritzer. 2014. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zeitlin. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers


Tidak ada komentar:

Posting Komentar