Sejarah Kelahiran Teori Pertukaran
Sosial
Kelahiran
teori pertukaran sosial dilandaskan juga akan adanya teori Behaviorisme yang cukup
dikenal di dalam psikologi, tetapi di dalam sosiologi ia mempunyai baik efek
langsung terhadap sosiologi behavioral (Bushell dan Burgess, 1969; Baldwin dan
Baldwin, 1986) maupun efek tidak langsung, khususnya terhadap teori pertukaran
(Molm, 2005). Sosiolog behavioral memperhatikan hubungan efek-efek perilaku
seorang aktor terhadap lingkungan dan dampaknya terhadap perilaku belakangan
aktor itu. Hubungan itu sangat penting bagi pengondisian pelaksana, atau proses
belajar yang “menghasilkan konsekuensi-konsekuensi yang memodifikasi perilaku”
(Baldwin dan Baldwin, 1986: 6). Orang mungkin nyaris menganggap perilaku itu,
setidaknya mula-mula pada bayi, sebagai perilaku yang acak. Lingkungan tempat
perilaku itu berlangsung, entah sosial atau fisik, dipengaruhi oleh perilaku
itu pada gilirannya “bertindak” kembali dengan berbagai cara. Reaksi itu –
positif, negatif atau netral – mempengaruhi perilaku aktor kemudian. Jika
reaksi tersebut telah memberi penghargaan pada sang aktor, besar kemungkinan
perilaku yang sama dihasilkan di masa depan di dalam situasi-situasi yang
serupa. Jika reaksi itu menyakitkan atau menghukum, perilaku itu kurang mungkin
untuk terjadi di masa depan. Para sosiolog behavioral berminat pada hubungan
antara sejarah reaksi-reaksi lingkungan atau konsekuensi-konsekuensi dan
hakikat perilaku masa kini. Konsekuensi masa lampau perilaku tertentu, mengatur
keadaannya yang sekarang. Dengan mengetahui apa yang ditimbulkan suatu perilaku
di masa lampau, kita dapat memprediksi apakah seorang aktor akan menghasilkan
perilaku yang sama di dalam situasi sekarang
Prinsip-prinsip dasar teori pilihan
rasional berasal dari ekonomi neoklasik (dan juga ultilitarianisme dan teori
permainan; levy dkk., 1990; Lindenberg, 2001; Simson, 2007). Berdasarkan berbagai
model yang berbeda, Debra Friedman dan Michael Hechter (1988) telah
mengumpulkan apa yang mereka lukiskan sebagai model “kerangka” teori pilihan
rasional. Meskipun teori pilihan rasional bermula dengan maksud-maksud atau
tujuan-tujuan sang aktor, pilihan itu harus memperhitungkan setidaknya dua
pembatas utama pada tindakan itu. Yang pertama adalah kelangkaan sumber daya.
Para aktor mempunyai sumber daya yang berbeda-beda dan juga akses yang berbeda
kepada sumber daya yang lainnya. Sumber kedua pembatas pada tindakan individu
adalah lembaga-lembaga sosial. Pembatas-pembatas kelembagaan itu memberikan
sanksi baik positif maupun negatif yang membantu mendorong tindakan-tindakan
tertentu dan menciutkan semangat untuk melakukan tindakan-tindakan lain.
Tokoh Teori
v George Homans
Dalam jantung teori pertukaran Homans terdapat
sekumpulan proposisi fundamental. Meskipun beberapa proposisinya berkenaan
setidaknya dengan dua individu yang berinteraksi, namun Homans sangat
berhati-hati dalam menunjukkan proposisi-proposisi itu didasarkan pada
prinsip-prinsip psikologis. Kemudian meskipun Homans mendasarkan pada
prinsip-prinsip psikologis, ia tidak menganggap para individu terisolasi. Dia
mengakui bahwa orang bersifat sosial dan menghabiskan porsi waktunya yang cukup
besar dalam berinteraksi dengan orang lain.
Dalam bukunya: “Sosial Behavior: Its
Elementary Forms”, Homans menegaskan bahwa perilaku sosial individu dapat
dijelaskan berdasarkan beberapapreposisi psikologis (kejiwaan) dan motivasi
individutersebut. (proposisi ini dipandang sebagai dasarpertimbangan
rasional/kalkulasi ekonomis).Kajian Homans ini fokus pada hubungan antar individu
(model duaan) atau lebih terpusat padaperilaku individual (bukan kelompok
ataumasyarakat).
v Peter Blau.
Kajian
Blau adalah memahami struktur sosial pada tingkatan analisis proses sosial yang
mengatur hubungan antara individu dan kelompok. Tepatnya menginvestigasi
bagaimana kehidupan sosial yang terorganisasi sedemikian rupa sebagai sebuah
struktur kompleks hubungan antar manusia. Hal yang menarik di sini adalah
kajian ini berbeda dengan homans yang hanya menitikberatkan teori pertukaran
sosial pada relasi antar individu, menjadi lebih luas antara individu dan
kelompok (lebih bernuansa sosial) oleh Blau. Contohnya seperti Interaksi
antara pedagang dan pembeli di pasar adalah bentuk pertukaran sosial dalam
masyarakat
Sosiologi
mengkaji proses interaksi tatap muka sebagai dasar memahami struktur sosial
yang muncul sebagai kekuatan sosial tertentu (dalam beberapa hal mempengaruhi
perilaku individu). Blau mengemukaan 4 tahapan dari hubungan intepresonal
menuju struktur sosial dan perubahan:
1. Transaksi pertukaran personal antar individu
2. Differensiasi status dan kekuasaan, yang
kemudian
3. Legitimasi dan Organisasi sosial
4. Opposisi dan Perubahan Sosial
Fokus/unit Analisis
Teori-teori
pertukaran sosial itu dilandaskan pada prinsip transaksi ekonomis yang
elementer, yaitu orang menyediakan barang atau jasa yang sebagai imbalannya
berharap memperoleh barang atau jasa yang diinginkan. Ahli teori pertukaran
memiliki asumsi sederhana bahwa interaksi sosial itu mirip dengan transaksi
ekonomi. Akan tetapi mereka mengakui bahwa pertukaran sosial tidak selalu dapat
diukur dengan nilai uang, sebab dalam berbagai transaksi sosial dipertukarkan juga
hal-hal yang nyata dan tidak nyata. Dalam sebuah pabrik misalnya, seorang
pekerja berinteraksi dengan pembantunya dapat menjalin kerja sama yang intim
dengan harapan memperoleh ganjaran nyata berupa sejumlah besar bonus tahun
baru. Tetapi ganjaran dari persahabatan dan goodwill yang tidak nyata juga
dapat melahirkan perilaku yang sama, bahkan di saat-saat dunia usaha mengalami
masa sulit di mana bonus demikian itu merupakan hal yang mustahil. Model timbal
balik tetap ada sejauh orang memberi dan berharap memperoleh imbalan barang
atau jasa itu.
Walaupun dasar-dasar teori
pertukaran bisa ditemukan dalam karya-karya ahli-ahli sosiologi serta
antropologi fungsionalis, akan tetapi perkembangan yang utuh dari teori
sosiologis tentang pertukaran sosial pertama kali harus diakui berada di tangan
George C. Homans, sedang penyempurnaan selanjutnya dilakukan oleh Peter M.
Blau. Homans ingin memperbaiki apa yang dianggapnya merupakan kekurangan teori
fungsional. Salah satu kritik terhadap fungsionalisme, ialah diabaikannya studi
tentang individu. Fokus pandangan fungsionalisme bertumpu pada organisasi atau
struktur serta tujuan atau fungsi dari sistem yang besar atau kecil. Individu
hanya dianggap sebagai orang yang menempati status atau posisi tersebut.
Tekanan pada struktur berasal dari tradisi Durkheimian, yang mencoba
menunjukkan perlunya melihat sosiologi sebagai disiplin yang terpisah dari
psikologi. Dengan demikian fungsionalisme struktural adalah sejenis sosiologi
murni, yang berbeda dari campuran sosiologi dan psikologi yang merupakan bagian
penting dalam perkembangan sosiologi Amerika selama tahun 1920-an dan 1930-an.
Ketika pendulum bergeser dari psikologi sosial, maka nia sampai pada sudut
ekstrim yang meremehkan pentingnya individu sebagai pelaku dalam masyarakat.
Teori pertukaran merupakan suatu usaha untuk menggerakkan pendulum teori dari
paham sosiologi ekstrim ke arah suatu evaluasi ulang tentang peranan individu
dalam sistem sosial
ISI TEORI
Menurut Homans proposisinya yang dikemukakannya bersifat psdikologi karena dua alasan. Pertama,
proposisinya itu biasanya dinyatakan dan diuji secara empiris oleh orang yang
menyebut dirinya sendiri psikologi. Kedua, yang lebih penting, proposisinya itu bersifat
psikologis karena menerangkan fenomena individu dalam masyarakat, proposisi itu lebih mengenai perilaku manusia
individual dari pada kelompok atau masyarakat dan perilaku manusia sebagai
manusia, umumnya dianggap menjadi bidang kajian psikologi.
Homas mencoba menjelaskan perkembangan industri tekstil yang digerakkan tenaga msi dan kemudian
revolusi industri, melalui prinsip
psikologi bahwa orang mungkin bertindak dengan cara sepertimeningkatkan hadiah
dan biaya.Dalam karya teoritisnya, Homans membatsi diri pada interaksi sosial dalam
kehidupan sehari-hari. Namun, jelas ia yakin bahwa sosiologi yang dibangun
berdasarkan prinsip yang dikembangkan akhirnya akan mampu menerangkan semua
perilaku sosial. Proposisi-proposisi
Homans adalah sebagai berikut :
a.
Proposisi Sukses
Homans merinci beberapa hal tentang proposisis sukses. Pertama, meskipun secara umum benar
bahwa penghargaan-penghargaan yang sering meningkat menyebabkan
tindakan-tindakan yang semakin sering, resiprokasi tersebut tidak dapat
berlanjut secara tidak terbatas. Pada titik tertentu individu tidak dapat terus
bertindak sesuai dengan yang sering ia lakukan. Kedua, semakin singkat jarak antara perilaku dan penghargaan,
semakin mungkin seseorang mengulangi perilaku itu. Sebaliknya semakin lama
jarak di antara perilaku dan penghargaan semakin lebih berkurang kemungkinan
pengulangan perilaku itu. Akhirnya pandnagan Homans bahwa
penghargaan-penghargaan yang sewaktu-waktu lebih mungkin mendatangkan perilaku
yang berulang daripada penghargaan-penghargaan yang teratur.
b.
Proposisi Stimulus-Respon
Homans
tertarik pada proses generalisasi, yakni kecenderungan untuk memperluas
perilaku kepada kondisi-kondisi yang serupa. Dalam hal ini Homans memberi
contoh “seorang nelayan yang melemparkan jalanya ke dalam kolam yang gelap dan
telah menangkap seekor ikan menjadi lebih cenderung untuk mencari ikan lagi di
dalam kolam-kolam yang gelap.”
Jika
stimulus yang penting terjadi terlalu lama sebelum diperlukannya perilaku, hal
itu mungkin tidak betul-betul merangsang perilaku. Seorang aktor dapat menjadi
terlalu peka pada stimuli, khususnya jika mereka sangat bernilai bagi seorang
aktor. Dalam faktanya sang aktor dapat merespon di dalam stimuli yang tidak
relevan, setidaknya hingga situasinya diperbaiki oleh kegagalan-kegagalan yang
berulang.
c.
Proposisi Nilai
Semakin
sesuatu yang dilakukan seseorang itu bernilai, maka semakin besar kemungkinan
seseorang tersebut untuk melakukan suatu tindakan yang bernilai tersebut atau
lebih. Jika penghargaan yang
diberikan antara satu kepada yang lain dianggap bernilai para aktorlebih
mungkin melakukan perilaku-perilaku yang diinginkan daripada jika
penghargaan-penghargaan itu tidak bernilai. Pada titik tersebut Homans
memperkenalkan konsep mengenai ganjaran dan hukuman. Penghargaan adalah
tindakan dengan nilai-nilai positif dan meningkatnya penghargaan lebih mungkin
untuk menimbulkan perilaku yang diinginkan. Hukuman adalah tindakan yang
dinilai negatif dan peningkatan di dalam hukuman berarti sang aktor kurang
mungkin mewujudkan perilaku-perilaku yang tidak diinginkan.
d.
Proposisi Deprivasi Relatif
Semakin
sering seseorang mendapatkan suatu penghargaan, maka semakin kurang dalam diri
orang tersebut terhadap nilai penghargaan selanjutnya. Dala hal ini kadang orang akan jenuh jika penghargaan tertentu
terentang dalam kurun waktu yang panjang.
e.
Proposisi Agresif-Penerimaan
Hal
yang dikemukan Homans adalah seseorang mungkin akan marah ketika hal yang dia
inginkan tidak terjadi dan akan lebih agresif yang semuanya mengacu pada
keadaan mental. Humans mengtakan bahwa “ ketika seseorang tidak mendapat apa
yang diharapkan , dia disebut frustasi.
Dalam konsep penerimaan, seseorang akan bisa lebih menerima apabila
apa yang dia harapkan tersebut menjadi kenyataan dan akan menerima pula apabila
apa yang dia harapkan tersebut tidak terwujud atau malah menerima hukuman. Hal
ini pemikiran dia lebih mengarah kepada hal yang positif. Semua kejadian
bertujuan untuk mengevaluasi diri untuk lebih baik kedepan. Seperti dalam
menerima hukuman atau nasihat..
f.
Proposisi
Rasionalitas
Dalam
propisisi Rasionalitas, pada dasarnya orang meneliti dan membuat kesimpulan
mengenai berbagai alternatif dalam suatu hal yang nyata. Mereka membandingkan
jumlah hadiah yang berkaitan dengan setiap bagian tindakan. Mereka pun
memperhitungkan tindakan kemugkinan hadiah yang benar akan mereka terima. Proposisi
rasionalitas menerangkan kepada bagaimana tindakan kita kepada presepsi
mengenai peluang kesuksesan yang dicapai.
g.
Tindakan Sosial, Perulangan dan Rutinitas
Dalam tindakan sosial ini seseorang
berperilaku atau bertindak kemungkinan seseorang individu mengulangi tindakan
yang pernah ia lakukan, semua ini dipengaruhi oleh pengalaman individu itu di
masa lalu. Pengalaman pada masa lalu akan memberikan pembelajaran apakah
tindakan yang pernah kita lakukan itu benar atau tidak untuk dilakukan lagi. Dengan
adanya perulangan-pengulangan tindakan yang dilakukan masa lalu hingga masa
sekarang tidak menutup kemungkinan akan terjadinya sebuah rutinitas yang dia
lakukan dan rutinitas akan menimbulkan sebuah kebiasaan yang sulit untuk
dilepas.
Dalam
model Blau, manusia tidak didorong hanya oleh kepentingan sendiri yang sempit,
seperti Homans, Blau menekankan pentingnya dukungan sosial sebagai suatu
imbalan. Perilaku alturistik dapat didorong oleh keinginan untuk pujian sosial.
Pastinya, keinginan ini mencerminkan kebutuhan egoistik untuk dipikirkan
sebaik-baiknya oleh orang lain, tetapi untuk memperoleh tipe penghargaan ini,
individu harus mengatasi dorongan egoistik yang sempit dan memperhitungkan
kebutuhan dan keinginan orang lain. Blau juga menerapkan prinsip-prinsip teori
pertukarannya ini dalam menganalisa hubungan sosial antara orang yang yang
saling bercintaan dalam satu bab berjudul “Excursus
on Love”. Dalam hubungan seperti itu banyak pertukaran istimewa yang
terjadi, dapat dilihat sebagai simbol daya tarik emosional terhadap satu sama
lain, ikatan hubungan yang bersifat timbal-balik, dan keinginan mereka untuk
meningkatkan komitmen satu sama lain. Barang-barang materiil yang bisa
dipertukarkan seperti hadiah, adalah, sangat penting, tidak untuk kegunaan
praktis atau bernilai secara ekonomis, melainkan sebagai ungkapan komitmen
emosional yang kelihatan.
Sifat dasar yang muncul dalam
struktur makro yang membedakannya dari struktur mikro. Bagi Blau sangatlah
penting munculnya nilai dan norma bersama itu. Beberapa tipe yang berbeda
mengenai nilai dan norma didiskusikan: nilai-nilai yang memberikan legitimasi,
nilai-nilai oposisi, nilai-nilai partikularistik, dan nilai-nilai
universalistik. Dalam sistem yang besar dan kompleks seperti masyarakat
keseluruhannya, nilai-nilai abstrak seperti itu menjadi lenih penting daripada
penghargaan yang bersifat langsung, untuk mempertahankan pola-pola pertukaran
langsung. Meskipun bayaran orang secara pribadi itu selalu penting, orang
sering rela untuk membatalkan pemuasan yang langsung atas beberapa kebutuhan
demi kepentingan penyesuaian diri terhadap nilai-nilai dan norma-norma bersama,
dan memperoleh dukungan sosial yang merupakan hasil dari penyesuaian diri itu.
Pada umumnya, dinamika-dinamika sosial yang terkandung dalam proses
institusionalisasi sangat penting untuk menjelaskan sistem makro yang luas ini;
sebaliknya, proses-proses ini secara relatif kurang penting dibandingkan dengan
bayaran atau penghargaan yang diberikan secara pribadi pada tingkat mikro dalam
pertemuan tatap muka.
Kelemahan/Kekurangan Teori
§ Memiliki banyak kesamaan dengan kaum fungsionalis
struktural
Dalam hal asumsi-asumsi mengenai hakikat
manusia, Homans memiliki begitu banyak kesamaan dengan kaum fungsionalis
struktural. Bersama mereka, Homans mengetengahkan gambaran orang yang rasional
(berorientasi pada tujuan) dan ditentukan oleh kekuatan yang berada di luar
dirinya. Sebenarnya Homans sendiri mengakui bahwa teori rasional atau
orientasi-tujuan serta teori psikologi-perilaku itu sebagian besar sama sebab
ilmu-ilmu sosial memiliki kerangka proposisi umum yang sama. Akan tetapi Homans
(1973: 39) percaya bahwa “teori rasional” lebih terbatas daripada teori
psikologi perilaku.
§ Para
pengkritik juga merasa dirisaukan dengan “manusia ekonomi” Homans – khususnya
dengan asumsi mengenai semua interaksi sosial itu “fair” atau sesuai dengan
prinsip distribusi keadilan. Pengeritik itu juga menyatakan tidak realistis bila melihat dunia sebagai
suatu sistem yang cenderung ke arah pertukaran seimbang. Dari kritik
tersebut akan terlihat bahwa pandangan
Homans tentang kekuasaan dan keadilan sosial itu tidak tepat. Apakah
perbudakan, gaji di bawah standar, atau peperangan besar-besaran dapat
diredusir pada prinsip pertukaran” Banyak komentator sosiologis akan berpikir
sebaliknya.
§ Kritik
terhadap teori Blau. Proses pertukaran yang dianggap “telah ada” itu tidak
sepenuhnya memperoleh dukungan, penjelasan atau pembuktian. Bilamana seseorang
bersedia menerima premis tentang pentingnya pertukaran dalam hubungan-hubungan
sosial, maka dia dapat mengikuti perkembangan teori Blau ini. Bila tidak, maka
premis pertukaran tersebut membuatnya tidak mungkin untuk menerima bangunan
teoritis tersebut.
§ Kurang menilai daya pikir kreatif individu.
Teori ini gagal menjelaskan tentang solidaritas
kelompok berdasarkan pemenuhan kebutuhan
individu. Berdasarkan teori ini, kita masuk ke dalam hubungan pertukaran dengan
orang lain karena dari padanya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain
hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan yang resiprokal
bagi kita namun hanya sebatas pada antar individu dengan kepentingan
masing-masing sehingga tidak adanya solidaritas. Dari penjelasan tersebut
terbukti bahwa teori pertukaran sosial kurang memperhatikan daya piker kreatif
individu. Semua perilaku sosial individu didasarkan pada keadaan-leadaan
tertentu. Meski ada pembahasan tentang individu juga punya peran dalam
membentuk perilakunya, hanya saja fokus pertukaran tetap lebih kepada perilaku
sosial yang mampu berulang dikarenakan pengalaman seorang individu.
§ Pertukaran ini memberikan dampak pada integrasi dan solidaritas
kelompok-kelompok yang lebih besar dengan cara yang lebih efektif. Tujuan utama
proses pertukaran ini adalah tidak untuk memungkinkan pasangan-pasangan yang
terlibat dalam pertukaran itu untuk memenuhi kebutuhan individualistisnya. Akan
tetapi untuk mengungkapkan komitmen moral individu tersebut kepada kelompok.
Analisa mengenai perkawinan dan perilaku kekerabatan ini merupakan sebuah
kritikan terhadap penjelasan Sir James Frazer seorang ahli Antropologi Inggris
yang bersifat ekonomis mengenai pola-pola pertukaran yang terjadi antara
pasangan perkawinan dalam masyrakat primitif.
Relevansi Teori untuk Analisis
Masyarakat Kontemporer
Berkaitan dengan masyarakat
kontemporer hal ini bisa dikaitkan dengan pendapat Homans bahwa tujuan perilaku
manusia adalah tujuan ekonomis untuk memperbesar keuntungan atau ganjaran.
Seluruh fenomena sosial, termaksud kekuasaan yang memaksa, stratifikasi,
wewenang serta perbedaan lainnya dapat di analisa sebagi bentuk-bentuk
pertukaran. Menurut homans prinsip pertukaran ini memiliki kemampuan penjelasan
yang tidak dimiliki oleh teori fungsionalisme tradisional. Walaupun Homans
menyatakan teori pertukaran itu dapat dipakai menjelaskan perilaku manusia di
tingkat institusional dan sub-institusional dan berunglingkup mikro.
Relevansi
teori pertukaran sosial dan pilihan rasional bisa dengan mudah ditemui di
kehidupan masyarakat. Sebagai contoh yaitu ketika mengenai masalah pernikahan
atau perkawinan. Mengenai hubungan suami istri, mereka akan terasa nyaman dan
langgeng apabila keduanya saling mencintai, memahami dan menguntungkan. Namun
apabila hubungan tersebut merugikan, maka akan menimbukkan sebuah perceraian,
karena ketidakcocokan antara keduanya. Fenomena perceraian seringkali kita jumpai
dalam masyarakat ini, sebuah pertikaian dan saling menuntut sering terjadi
ketika keduanya merasa dirugikan.
Jadi
dalam teori pertukaran sosial ini seseorang satu sama lain, haruslah memiliki
timbal balik, dimana satu sama lain saling menguntungkan bukan saling merugikan
yang membuat mereka merasa terbebani.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson,
D. P.1989. Teori Sosiologi Klasik dan
Modern Jilid 2. Jakarta: Gramedia
Poloma.
2013. Sosiologi Kontemporer. Jakarta:
Rajawali Pers
Ritzer.
2014. Teori Sosiologi dari Sosiologi
Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zeitlin.
1995. Memahami Kembali Sosiologi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar