SISTEM POLA ASUH DALAM PONDOK
PESANTREN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN SANTRI
(Pondok Pesantren Al Barokah
Yogyakarta)
Jl Gotongroyong TR 11/1107,
Blunyahrejo, Karangwaru, Yogyakarta
Pola
asuh merupakan suatu cara yang sangat penting perananannya dalam pembentukkan
kepribadian serta aspek-aspek pembentuk kepribadian diantaranya adalah: emosi,
sosial, motivasi, intelektual dan spiritual guna tercapai kedewasaan yang
matang, hingga terwujud kepribadian yang sukses dalam diri anak. Pola Asuh Karakteristik
kepribadian setiap individu adalah unik dan berbeda-beda antara satu dengan
lainnya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya, salah
satunya adalah lingkungan. lingkungan merupakan suatu bidang luas memiliki
peranan yang sangat besar dalam mendidik dan membentuk kepribadian seseorang
individu, karena lingkungan merupakan suatu wadah dimana kita dibesarkan.
Perkembangan
masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan peserta didik yang
dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan,
keterampilan, kemampuan berkomunikasi, dan berinteraksi dengan masyarakat
secara luas, serta meningkatkan kesadaran terhadap alam lingkungannya. Asas
pembinaan seperti inilah yang ditawarkan oleh pondok pesantren sebagai lembaga agama
islam tertua di Indonesia (Departemen Agama RI, 2003:1)
Dalam
hal ini, Aad A’la (2006:1-2) menegaskan Pesantren sebagai lembaga pendidikan
keagamaan merupakan realitas yang tak dapat dipungkiri. Sepanjang sejarah yang
dilaluinya, pesantren terus menekuni pendidikan tersebut dan menjadikannya
sebagai fokus kegitan. Dalam mengembangkan kegiatan pendidikan, pesantren telah
menunjukkan daya tahan yang cukup kokoh sehingga mampu melewati berbagai zaman
dengan beragam masalah yang dihadapinya. Dalam sejarahnya itu pula, pesantren
telah menyumbangkan sesuatu yang tidak kecil bagi islam di Negara ini.
Sungguhpun demikian, pesantren tak dapat berbangga hati dan puas dengan sekedar
mampu bertahan atau terhadap sumbangan yang diberikan masa lalu. Signifikasi
pesantren bukan hanya terletak pada dua hal tersebut, tetapi pada kontribusinya
yang nyata bagi umat islam, secara khusus, dan masyarakat secara luas, dimasa
kini dan mendatang. Seiring dengan perkembangan zaman fungsi pondok pesantren
bertambah. Pondok pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga keagaman,
tetapi juga sebagai pusat perkembangan masyarakat di berbagai sektor kehidupan.
Dengan sistem yang dinamakan pesantren, proses internalisasi agama islam kepada
santri berjalan penuh. Dalam pesantren, dengan pimpinan dan keteladanan para
kiai dan para ustadz serta pengelolaan yang khas, tercipta satu komunikasi
tersendiri, yang didalamnya terdapat semua aspek kehidupan, mulai dari
pendidikan, ekonomi, budaya dan organisasi (Departemen Agama, 2004:1-4)
Dewasa ini banyak para orang tua berfikir tentang sistem
pengolahan asuh anak dalam lingkungan pondok pesantren. Mereka lebih percaya
akan sistem pengasuhan yang pondok pesantren
berikan. Pada dasarnya, pengasuhan yang dilakukan dalam lingkungan
pondok pesantren memiliki berbagai pola tertentu. Dari beberapa referensi dan
hasil penelitian terdahulu, kegiatan pengasuhan anak ini memiliki tiga pola,
yakni pola otoriter, pola permisif dan pola demokratis (Spock: 2003). Ketiga pola
ini dalam praktek di dalam pomdok pesantren sering kali digunakan dalam
mendidik anak. Pola otoriter ini pada intinya orang tua atau pengasuh memiliki
wewenang penuh untuk mengatur anaknya dan anak tersebut harus patuh. Pola
permisif lebih menekankan kebebasan anak , peran pengasuh dalam pola ini tidak
kuat seperti pada pola pertama tadi. Pola demokratis lebih cenderung kepada
asas keserasian antara keinginan orang tua dengan anaknya. Peran pengasuh
adalah mengontrol dan mengawasi anak serta hubungan antara keduanya lebih
dekat. Hal ini bertujuan untuk melatih kemandirian santri atau anak.
Proses
pendidikan di pesantren merupakan interaksi antara pengasuh dan ustadz sebagai
pendidik dan santri sebagai peserta didik untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang akan dicapai. Peran pengasuh dan ustadz dalam proses pendidikan
kepada santri dituntut untuk bias memberikan bimbingan serta pengaruh agar bias
mewujudkan kemandirian santri yang sesuai dengan tuntunan agama islam. Proses
pendidikan tidak terlepas dari pengarahan, penyuluhan, bimbingan yang bersifat
menyeluruh kepada peserta didik untuk mewujudkan kemandidrian peserta didik.
Hal yang cukup menarik, model pengasuhan yang diterapakn di pondok pesantren AL
Barokah, sehingga memberikan dorongan kepada penulis untuk mengetahui secara
mendalam tentang model pengasuhan yang diterapkan, sehingga memberikan pengaruh
besar terhadap sikap kemandirian santri. Dengan demikian penulis mencoba
mengungkap “ Sistem Pola Asuh Dalam Pondok Pesantren Sebagai Upaya Peningkatan
Kemandirian Santri (Pondok Pesantren Al Barokah Yogyakarta)”. Dari latar belakang masalah yang telah
dipaparkan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana
sistem pola asuh dalam pondok pesantren Al Barokah Yogyakarta dalam upaya
peningkatan kemandirian santri? 2.Bagaimana sistem kemandirian santri pondok pesantren Al
Barokah Yogyakarta?
A. Pola
Asuh
Pola Asuh Karakteristik kepribadian setiap individu adalah unik
dan berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan oleh banyak
faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah keluarga. Keluarga merupakan
lingkungan sosial terkecil, namun memiliki peranan yang sangat besar dalam
mendidik dan membentuk kepribadian seseorang individu. Struktur dalam keluarga
dimulai dari ayah dan ibu, kemudian bertambah dengan adanya anggota lain yaitu
anak. Dengan demikian, terjadi hubungan segitiga antara orang tua-anak, yang
kemudian membentuk suatu hubungan yang berkesinambungan. Orang tua dan pola
asuh memiliki peranan yang besar dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut
menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa kelak.
Orang
tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara
dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu kekuarga dengan keluarga yang
lainnya. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku
orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan
pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang tua akan memberikan
perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap
keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat,
dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau
tidak sadar akan diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya.
Berikut ini merupakan
penjelasan dari ketiga bentuk pola asuh dan pengaruhnya terhadap anak (Spock,
1994: 259-266):
a.
Pola authoritative atau demokratis.
Sikap
orang tua yang mengontrol dan menurut tetapi dengan sikap yang hangat, ada
komunikasi dua arah antara orang tua dengan anak yang dilakukan secara
rasional. Orang tua memberikan pengawasan terhadap anak dan kontrol yang kuat
serta dorongan yang positif. Anak yang diasuh secara demokratis cenderung
aktif, berinisiatif, tidak takut gagal, spontan karena anak diberi kesempatan
untuk berdiskusi dan dalam pengambilan keputusan di keluarga. Namun tidak
menutup kemungkinan akan berkembang pada sifat membangkang dan tidak menurut
serta susah menyesuaikan diri.
b.
Pola authoritarian atau otoriter Ditunjukkan dengan
sikap orang tua yang selalu menuntut kepatuhan anak, mendikte, hubungan dengan anak
kurang hangat, kaku dan keras. Anak kurang mendapat kepercayaan dari orang
tuanya, sering dihukum, dan apabila berhasil atau berprestasi anak jarang
diberi pujian dan hadiah. Pola asuh ini akan menghasilkan anak dengan tingkah
laku pasif dan cenderung menarik diri. Sikap orang tua yang keras akan
menghambat inisiatif anak. Anak yang dididik dengan pola otoriter cenderung
lebih agresif. Anak dengan pola asuh ini cenderung memiliki kompetensi dan
tanggungJawab seperti orang dewasa.
Pola
asuh ini memberikan sedikit tuntutan dan sedikit disiplin. Orang tua tidak
menuntut anak untuk bertanggungJawab terhadap urusan rumah tangga, keinginan
dan sikap serta perilaku anak selalu diterima dan disetujui oleh orang tua.
Anak tidak terlatih untuk mentaati peraturan yang berlaku, serta menganggapan
bahwa orang tua bukan merupakan tokoh yang aktif dan bertanggungJawab.
c.
Pola Permissive (permisif).
Karena
orang tua bersikap serba bebas dan memperbolehkan segala sesuatunya, tanpa
menuntut anak. Anak yang diasuh secara permisif mempunyai kecenderungan kurang
berorientasi pada prestasi, egois, suka memaksakan keinginannya, kemandirian
yang rendah, serta kurang bertanggungJawab.
Anak
juga akan yang berperilaku agresif dan antisosial, karena sejak awal tidak
diajarkan untuk mematuhi peraturan sosial, tidak pernah diberi hukuman ketika
melanggar peraturan yang telah ditetapkan orang tua. Bagi anak, kehadiran orang
tua merupakan sumber bagi tercapainya keinginan anak.
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh sangat penting
perananannya dalam pembentukkan kepribadian serta aspek-aspek pembentuk
kepribadian diantaranya adalah: emosi, sosial, motivasi, intelektual dan
spiritual guna tercapai kedewasaan yang matang, hingga terwujud kepribadian
yang sukses dalam diri anak.
B.
Pondok
Pesantren
Pesantren menurut pengertian dasarnya tempat belajar
para santri. Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam
Indonesia yang bertujuan untuk mendalam ilmu agama Islam, dan
mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian (tafaqquh fiddîn)
dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Adapun definisi
lain dari pesantren yaitu lembaga pendidikan
Islam untuk memahami, menghayati
dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fiddîn) dengan menekankan
pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat
sehari-hari diselenggarakan bentuk asrama yang merupakan komunitas tersendiri di
bawah pimpinan
kyai atau ulama dibantu oleh seorang atau beberapa
orang ulama dan atau para ustadz yang hidup bersama di tengah-tengah
para santri dengan masjid atau surau sebagai pusat kegiatan peribadatan
keagamaan, gedung-gedung sekolah atau ruang-ruang belajar sebagai pusat
kegiatan belajar mengajar, serta pondok-pondok sebagai tempat tinggal para
santri, selama24 jam. Masa ke masa mereka hidup kolektif antara kyai, ustadz,
santri dan para pengasuh pesantren lainnya sebagai satu keluarga besar.
a.
Pondok
Pada dasarnya merupakan
asrama pendidikan islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan
belajar dibawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan sebutan
“kyai”.
b.
Kyai
Merupakan elemen yang
terpenting dalam pesantren ia seringkali bahkan merupakan pendirinya.
c.
Santri
Orang yang belajar di
pesantren, yang terdiri dari dua tipe yaitu : santri mukim dan santri kalong.
Santri mukim merupakan santri yang berasal dari daerah yang jauh dan
menetap kelompok di pesantren, sedangkan santri kalong ialah santri yang
berada di daerah pesantren yang mengikuti pelajaran di pesantren dan mereka
dari rumahnya sendiri.
C. Kemandirian Santri
1.
Pengertian Kemandirian Santri
Tugas utama dari pendidikan dan orang
tua adalah menghantarkan anak menuju kepada kedewasaan penuh. Maksudnya adalah orang
tua harus menolong anak agar mampu mandiri (zelfstanding) dalam status kedewasaannya sehingga dia
mampu melaksanakan semua tugas hidup dengan penuh tanggung jawab sendiri,
berdasarkan norma etis tertentu.
Kemandirian berasal dari kata “independence”
yang diartikan sebagai suatu kondisi di
mana seorang tidak tergantung pada orang lain dalam menentukan keputusan dan
adanya sikap kepercayan diri.
Menurut kartono kemandirian berasal
dari kata independence yang biasa diartikan sebagai sesuatu yang mandiri, yaitu
kemampuan berdiri diatas kemampuannya sendiridengan kemandirian dan tanggung
jawab atas segala tingkah lakunya sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan
kewajibannya guna memenuhi kebutuhannya sendiri. Hedug menjelaskan bahwa kemandirian adalah suatu sifat yang
memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan
diri sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan serta keinginan untuk
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, maupun berfikir dan bertindak
original, kreatif dan penuh inisiatif maupun mengatasi masalah yang dihadapi,
maupun mengendalikan tindakan-tindakannya, mampu mempengaruhi lingkungannya,
mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan
dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Mahmud menjelaskan kemandirian sebagai suatu kemampuan untuk
melakukan aktifitas, inisiatif, mengatur tingkah laku, membuat keputusan
sendiri serta mengerjakan tugas-tugas rutinnya.
Menurut Abu Hamid istilah santri
berasal dari shastra dari bahasa tamil yang berarti seorang ahli buku suci
(Hindu). Dalam dunia pesantren istilah santri adalah murid pesantren yang
biasanya tinggal di asrama atau pondok. Hanya santri yang rumahnya dekat dengan
pesantren yang tidak demikian. Dari sumber lain, santri berarti orang baik yang
suka menolong.18 Dalam istilah lain juga diterangkan
bahwa santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar di pesantren. Santri dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu:
a.
Santri
mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam
kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut
biasanya merupakan satu kelompok sendiri yang meemgang tanggung jawab mengajar
santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah
b.
Santri
kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah sekeliling pesantren yang
biasanya tidak menetap di pesantren untuk mengikuti pelajaran di pesantren. Mereka
bolak-balik (ngelojo) dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan anatara pesantren
besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong.Di dunia
pesantren biasa juga di lakukan, seorang santri pindah dari suatu pesantren ke
pesantren lain. Setelah seorang santri sudah cukup lama di suatu pesantren, maka
dia pindah ke pesantren lain biasanya kepindahanya itu untuk menambah dan mendalami
suatu ilmu yang menjadi keahlian dari seorang kiai yang di datanginya.
Dapat disimpulkan bahwa kemandirian
santri adalah kemampuan santri untuk berdiri sendiri dalam arti tidak
bergantung pada orang lain. Sikap mandiri adalah mampu berdiri sendiri tidak tergantung pada
orang lain dalam menentukan keputusan dan mampu melaksanakan tugas hidup dengan
penuh tanggung jawab dan mencoba membina diri untuk selalu mengembangkan sikap
menuju ke arah positif.
Ciri-Ciri
Kemandirian Santri
Nasrun
dalam Maulidiyah menyebutkan kemandirian itu ditandai dengan adanya
perilaku:
a.
Mengerjakan
sendiri tugas-tugas rutinnya, yang ditunjukkan dengan kegiatan yang dilakukan
dengan kehendaknya sendiri dan bukan karena orang lain dan tidak tergantung
pada orang lain.
b.
Aktif
dan bersemangat, yaitu ditunjukkan dengan adanya usaha untuk mengejar prestasi
maupun kegiatan yang dilakukan tekun merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya
c.
Inisiatif,
yaitu memiliki kemampuan berfikir dan bertindak secara kreatif.
d.
Bertanggung
jawab, yang ditunjukkan dengan adanya disiplin dalam belajar, melaksanakan
tugas dengan baik dan penuh pertimbangan
e.
Kontrol
diri yang kuat, yaitu ditunjukkan dengan adanya mengendalikan tindakan, mengatasi
masalah, dan mampu mempengaruhi lingkungan atas usaha sendiri .
D.
Hubungan Model Pengasuhan terhadap
Kemandirian Santri
Yang
termasuk dalam warga pesantren adalah kiai (ajengan , nun,atau bendara) yang
menjadi pengasuh para santri dan di bantu oleh paraguru (ustadz) dan para
santri. Kepengurusan pesantren adakalanya berbentuk sederhana, dimana
kiai memegang pimpinan mutlak dalam segala hal, sedangkan
kepemimpinannya itu sering kali diwakilkan oleh seorang ustadz senior yang
selaku menjabat sebagai “lrah pondok”. Dalam pesantren yang telah mengenal
bentuk organisasi yang lebih komplek, peran “lurah pondok” ini digantikan oleh
susunan pengurus, lengkap dengan pembagian tugas masing-masing, walaupun
adalakanya ketuanya masih dinamai “lurah”. Walaupun telah dibentuk sebuah
pengurus yang bertugas melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
jalannya pesantren sehari-hari, kekuasaan mutlak senantiasa masih berada
ditangan sang kiai. Oleh karena itu betapa demokratis sekalipun susunan
pimpinan di pesantren, masih terdapat jarak yang tak terjembatani antara kiai
serta keluarganya, di satu pihak para asatidz dan santri dipihak lain.
Kedudukan yang dipegang oleh seorang kiai adalah kedudukan ganda sebagai pengasuh
sekaligus sebagai pemilik pesantren. Sedangkan kedudukan para ustadz memili dua
fungsi pokok, diantaranya yaitu sebagai latihan penumbuhan kemampuanya dalam
memimpin dan sebagai pembantu kiai untuk mendididk para santri (Abdurrahman
Wahid, 2010:16-17).
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
disebutkan :
Menurut
pendapat Abdul Munir Dkk, adalah kiai disebut sebagai founding father sebuah
pesantren, masudnya yaitu seorang pahlawan yang merintis untuk tegaknya
kehidupan yang lebih baik berdasarkan panduan hidup yang benar dan jernih.
Semua itu diperolehnya setelah menempuh lika liku laku yang sarat dengan
nilai-nilai yang utuh dari pemahaman agam islam yang ia yakini. Dan laku sebagai
amal saleh yang ia tempuhnya serta ibadah yang ia jalankan tiada lain
berdasarkan ilmu yang diperoleh dengan bersusah payah (Abdul Munir Dkk,
1998:171)
Dalam
kehidupan pesantren, kyai menerapkan prinsip kehidupan kesederhanaan dan
kemandirian bagi santri-santrinya. Prinsip ini bertujuan agar santri dari
pesantren dapat menjadi orang yang bersyukur dalam keadaan apapun dan tidak
mementingkan kehidupan dunia yang serba materialistis. Pendidikan di Pondok
Pesantren menerapkan prinsip self government, dimana santri
mengatur kehidupannya dalam pesantren menurut batas-batas ajaran agama yang
telah diajarkan kiai atau para pengasuh pondok pesantren (Mustuhu, 1988:282).
Menurut
Abdurrahman (2004:121) menyebutkan, watak mandiri yang dimiliki pesantren dapat
dilihat daari dua sudut penglihatan: dari fungsi kemasyarakatan pesantren
secara umum dan dari pola pendidikan yang dikembangkan di masyarakat. dilihat
dari sudut fungsi kemasyarakatannya secara umum, pesantren adalah sebuah
alternatif ideal bagi perkembangan keadaan yang terjadi diluarnya. Dari sudut pengelolaan
pendidikan didalamnya watak mandiri pesantren dapat dilihat, baik dalam sistem
pendidikan dan strukturnya maupun pandangan hidup yang ditimbulkannya dalam
diri santri.
Hasil Observasi
di Pondok Pesantren Al Barokah
Jenis penelitian yang digunakan dalam konteks ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini mengambarkan tentang sistem
pola asuh pondok pesantren sebagai upaya meningkatkan kemandirian santri sesuai
dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya berdasarkan data yang dikumpulkan
dari hasil pengamatan, catatan lapangan, wawancara, observasi dan hasil data
dokumentasi. Yang dilakukan di Pondok
Pesantren Al Barokah ,Jalan Gotongroyong TR II/1107, Blunyahrejo,
Karangwaru,Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara
dan dokumentasi.
HASIL OBSERVASI
Pondok pesantren Al Barokah merupakan pondok
pesantren yang berbasis salaf. Cirri utama pelajaran yang dikaji Adalah
kitab-kitab Islam Klasik dari abad pertengahan, yang mana pondok pesantren
salaf fokus kepada ilmu alat (tata bahasa arab). Pondok ini terletak kurang
lebih 1 km arah selatan Tugu Jogja, tepatnya di Jalan Gotong Royong, TR
II/1107, Blunyahrejo, Karangwaru, Yogyakarta. Dilihat dari letak geografis,
lingkungan yang mengelilingi pondok pesantren Al Barokah sebagaian besar adalah
perumahan penduduk. Pondok pesantren ini di Asuh
oleh KH. Rosim Al Fatih, Lc lahir di Wonosobo Jawa Tengah pada tahun 1956
sebagai putra pertama dari Almarhum KH. Muhson dan Nyai Anita Durotul Yatimah,
putrid dari Al Maghfutlah KH. Zamruddin (PP. Al-Falahiyah) Mlangi, Gamping,
Sleman, DIY,
a. Deskripsi
pengajar atau Ustadz Pondok Pesantren Al Barokah
Pengajar di pondok pesantren Al Barokah
mayoritas merupakan santri tua dan santri alumni pondok pesantren tersebut.
Mereka yang telah selesai mengaji, mengabdikan diri menjadi pengajar di Al
Barokah. Mayoritas latar belakang mereka adalah mahasiswa dari Universitas yang
ada di Yogyakarta. Mereka mengajar sembari melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi ataupun sambil bekerja diluar pondok pesantren. Jumlah pengajar yang ada
di Al barokah saat ini berjumlah 32 orang.
b. Deskripsi
Santri Pondok Pesantren di Al Barokah
Santri pondok pesantren Al Barokah
merupakan santri yang berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda serta
berlatar belakang pelajar atau mahasiswa dari berbagai Universitas yang ada di
Yogyakarta, seperti MTS 1 Yogyakarta, MAN 1 Yogyakarta, MAN 3 Yogyakarta, SMA
11 Yogyakarta, UIN, UGM, UNY, UAD, UST, UTY dan lain-lain. Jumlah santri yang
belajar dan mukin di Pondok Pesantren Al Barokah pada tahun 2015/2016 ini ada
325 orang.
c. Deskripsi
penerapan aturan dipondok pesantren Al Barokah
PERATURAN
SANTRI
1. Jam
malam : pukul 18.10 sudah berada di pondok Al barokah (hukuman pelanggaran :
membersihkan kamar mandi)
2. Mengikuti
Diniyah setiap malam (hukuman tidak mengikuti : membaca nadzom kitab)
3. Mengikuti
mujahadah malam (apabila tidak mengikuti selama 3 kali akan dikeluarkan dengan
tidak terhormat dari pondok)
4. Mengikuti
dzibaan malam jumat
5. Jamaah
subuh
6. Perizinan
pulang kampung 1 kali dalam 1 bulan dengan kurun waktu 3 hari
7. Mencuci
dan menyetrika tidak boleh lebih dari jam 17.00
8. Mandi
dan mengambil makan harus antri
9. Piket
masak 2 kali dalam satu bulan
10. Piket
mingguan wajib dilakukan
11. Piket
mujahadah dan piket bulanan dilakukan sesuai jadwal
12. Piket
lebaran dilakukan H+1 lebaran.
ANALISIS PEMBAHASAN
Sistem pola asuh dalam
pondok pesantren Al Barokah Yogyakarta dalam upaya peningkatan kemandirian
santri
Pola
asuh merupakan suatu cara yang sangat penting perananannya dalam pembentukkan
kepribadian serta aspek-aspek pembentuk kepribadian diantaranya adalah: emosi,
sosial, motivasi, intelektual dan spiritual guna tercapai kedewasaan yang
matang, hingga terwujud kepribadian yang sukses dalam diri anak. Pola Asuh Karakteristik
kepribadian setiap individu adalah unik dan berbeda-beda antara satu dengan
lainnya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya, salah
satunya adalah lingkungan. lingkungan merupakan suatu bidang luas memiliki
peranan yang sangat besar dalam mendidik dan membentuk kepribadian seseorang
individu, karena lingkungan merupakan suatu wadah dimana kita dibesarkan. Yang
penulis teliti dari sini adalah dalam lingkungan pondok pesantren.
Dari hasil penelitian, sistem pola asuh yang digunakan adalah
pola asuh secara Pola authoritarian
atau otoriter Ditunjukkan dengan sikap pengasuh yang selalu menuntut
kepatuhan santri, mendikte, hubungan dengan santri kurang hangat, kaku dan
keras. Santri kurang mendapat
kepercayaan dari orang tuanya, sering dihukum, dan apabila berhasil atau
berprestasi anak jarang diberi pujian dan hadiah. Pola asuh ini akan
menghasilkan anak dengan tingkah laku pasif dan cenderung menarik diri. Sikap
orang tua yang keras akan menghambat inisiatif anak. Anak yang dididik dengan
pola otoriter cenderung lebih agresif. Anak dengan pola asuh ini cenderung
memiliki kompetensi dan tanggungJawab seperti orang dewasa.
Pola
asuh sistem ini bertujuan untuk membuat para santri lebih mandiri. Sebab dengan
adanya paksaan terkadang akan membuat seseorang lebih bisa melakukan apa-apa
yang seharusnya dia lakukan yang dilandaskan dari rasa takut dengan peraturan.
Namun disisi lain paksaan itu akan membuahkan hasil dan membuat lebih baik
lagi, mereka akan lebih mandiri dalam kehidupannya. Sistem paksaan yang
dilakukan nantinya akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan yang terus menerus
tanpa lagi menimbulkan beban. Peraturan-peraturan yang diberikan guna mendidik
santri dengan menanamkan kemandirian dan akhlak yang mulia. Peraturan yang
diterapkan tidak semata-mata untuk kepentingan pengasuh, namun untuk kebaikan
dan kemandirian seorang santri.
Seperti
dalam peraturan piket masak 2 kali dalam satu bulan. peraturan ini akan terasa
berat bagi siswa SMP, dimana mereka belum bisa masak sama sekali. Namun tujuan
peraturan ini adalah untuk membuat santri lebih mandiri. Maka peraturan ini
tetap diterapkan agar nantinya santri bisa mandiri dalam memasak. Santri juga
dilatih untuk bertanggung jawab akan apa yang sudah ditrerapkan. Misalnya dalam
piket mujahadah dan piket mingguan. Santri wajib melakukan piket sesuai jadwal.
Pemberlakuan piket ini bertujuan agar nantinya santri mandiri di dalam rumah
untuk membersihkan rumah, membantu orang tua, dan lain-lain. Kemudian yaitu
piket lebaran. Piket lebaran dilakukan H+1 lebaran. Peraturan ini memang terasa
sulit sebab santri tidak memiliki waktu lama untuk lebaran dirumah, namun
peraturan ini bertujuan untuk melatih kedisplinan para santri agar cepat
kembali kepondok, dan untuk melakukan kegiatan-kegiatan mengaji selanjutnya.
Sebab di khawatirkan dirumah nantinya santri akan luapa dengan hafalan Qur’an
yang telah dilakukan. Apalagi untuk anak SMP yang tingkat manja dan
kemalasannya masih kurang bisa di stabilkan. Peraturan ini harus tetap
diterapkan sebab kondisi santri yang terbilang masih labil dan kurang dewasa.
Peraturan
selanjutnya yaitu wajib mengikuti sekolah malam (Diniyah). Bagi santri pelajar
akan kesusahan membagi waktunya dengan pelajaran disekolah, namun disini
peraturan diterapkan semata untuk melatih santri dalam membagi waktu, bagaimana
menejemen waktu yang harus mereka lakukan.
Sistem kemandirian santri pondok pesantren Al
Barokah Yogyakarta
Mandiri, yaitu kemampuan berdiri diatas
kemampuannya sendiridengan kemandirian dan tanggung jawab atas segala tingkah
lakunya sebagai manusia dewasa dalam melaksanakan kewajibannya guna memenuhi
kebutuhannya sendiri.
Model
pengasuhan santri pondok pesantren Al Barokah yang mendidik para santrinya agar
menjadi santri yang bisa mandiri dan hidup dalam kesederhanaan, ternyata mempunyai
dampak yang positif bagi santri-santrinya. Dengan model pengasuhan santri yang
sedemikian itu, maka para santri akan senantiasa melaksanakan dan mematuhi
segala apa yang telah ditetapkan oleh pengasuh serta taat pada peraturan,
sehingga dalam mengikuti kegiatan pondok pesantren para santri dapat
menjalankan dengan suka rela dan dapat menumbuhkan sikap kemandirian para
santri, serta kemandirian santri dapat di implementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui model pengasuhan santri pondok pesantren Al Barokah dapat mempengaruhi dan menumbuhkan
sikap kemandirian santri, oleh karena itu para santri dapat membiasakan hidup
mandiri dengan mengikuti kegiatan-kegiatan dipondok pesantren yang telah
ditetapkan oleh pengasuh.
Berdasarkan
hal tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa kemandirian santri pondok
pesantren Al Barokah dapat dipengaruhi dan ditumbuhkan melalui model pengasuhan
santri yang diterapkan dipondok pesantren. Dalam kehidupan di pondok pesantren
para santri senantiasa patuh dan tunduk kepada pengasuh, oleh karena itu
pengasuh menjadi sentral dalam pembentukan karakter santri. Dengan berbagai
pola atau model pengasuhan yang diterapkan dalam pengasuhan santri, tentunya berpengaruh
pada kepribadian para santri, salah satunya yaitu kemandirian para santri..
Semakin tinggi model pengasuhan santri maka dapat mempengaruhi sikap
kemandirian santri dalam mengikuti kegiatan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Karena dari model pengasuhan yang di terapkan dipondok pesantren akan
menumbuhkan cakrawala berfikir kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti sikap kemandirian sehari-hari, tingkah laku, kepribadian, yang
ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari.
Peran
pengasuh sangat besar pengaruhnya terhadap kemandirian santri, karena antara
pengasuh dengan santri berinteraksi secara langsung. Dalam kehidupan di pondok
pesantren para santri senantiasa patuh dan tunduk kepada pengasuh, oleh karena
itu pengasuh menjadi sentral dalam pembentukan karakter santri. Dengan berbagai
pola atau model. Pengasuhan yang diterapkan dalam pengasuhan santri, tentunya berpengaruh
pada kepribadian para santri, salah satunya yaitu kemandirian para santri.
Kesimpulan
Hubungan antara model pengasuhan
santri dengan kemandirian santri pada analisa
menunjukkan adanya hubungan yang positif, sehingga dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi model pengasuhan santri maka semakin tinggi kemandirian para
santri dalam kehidupan sehari-hari.
Saran-Saran
Pengasuh
hendaknya memberikan motivasi yang lebih kuat kepada
para santrinya agar para santri tetap semangat dalam
menuntut
ilmu.
a. Upaya
peningkatan model pengasuhan santri diantaranya melalui pendidikan, yaitu
dengan menyesuaikan perkembangan pendidikan zaman dan perkembangan kebutuhan
pendidikan para santri.
b. Jika
model pengasuhan meningkat besar kemungkinan kemandirian santri dapat meningkat
dan akan berpengaruh pula dalam kehidupan sehari-hari.
Santri:
-
Hendaknya para santri dapat meningkatkan
kemandirian dari kegiatan-kgiatan yang telah di ikutinya
-
Hendaknya para santri mematuhi segala
peraturan ataupun kegiatan yang telah ditetapkan oleh pengasuh, karena
peraturan ataupun kegiatan tersebut bertujuan untuk mendidik santri agar supaya
menjadi insan yang kamil.
-
Untuk mewujudkan sikap kemandirian
santri hendaknya santri dapat mengambil i’tibar dari apa yang telah disampaikan
oleh pengasuh.
-
Hendaknya para santri dapat memahami apa
tujuan dari setiap kegiatan yang ada di pondok pesantren.
Referensi :
Jurnal
skripsi :
4d3d6abf05b0c53a (Pengaruh Model Pengasuhan Santri Terhadap Kemandirian Santri Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Pilangwetan Kecamatan Kebonagung Kabupaten
Demak 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar