Sejarah Kelahiran Interaksi
Simbolik
Interaksi-simbolik
merupakan aliran sosiologi Amerika yang lain dari tradisi Psikologi.
Karya-karya para psikologi Amerika seperti William James, James Mark Baldwin
dan Jhon Dewey telah memperbarui sosiolog Charles H. Cooley, yang kemudian
membantu pengembangan teori psikologi sosial dalam sosiologi Amerika.
Blumer
melukiskan hakikat masyarakat dari sudut pandang Mead. Dia menempatkan masyarakat
pada kedudukan yang sangat penting . pusat perhatiannya ialah masalah-masalah
filosof. Blumer menciptakan istilah
interaksionalisme simbolik pada 1937 dan menulis untuk perkembangan teorinya
(Morrione, 2007). Sementara Mead berusaha membedakan interaksionalisme simbolik
yang mulai lahir dari behaviorisme. Behaviorisme reduksionis membuat Mead cemas
dan terdapat juga ancaman dari teori-teori sosiologistik berskala besar, yaitu
fungsionalisme struktural.
Dalam
pandangan Blumer, sebagian besar orang yang menggunakan konsep behaviorisme
memikirkan sikap sebagai suatu “tendensi yang sudah diorganisasikan” di dalam
si pemeran mereka cenderung menganggap tindakan-tindakan di dorong oleh
sikap-sikap. Blumer juga memilih untuk mengkritik orang-orang yang berfokus
pada motif-motif sadar dan tidak sadar. Para si pemeran di dorong untuk selalu
mengontrol tindakan atau perilaku mereka dalam lingkup umum agar tidak megubah
presepsi yang sudah dibuat sejak awal atau denga kata lain si pemeran harus
pintar menjaga image. Blumer melawan setiap teori psikologis yang mengabaikan
proses melalui mana aktor membentuk makna – faktanya ialah bahwa para aktor
mempunyai diri dan berhubungan dengannya.
Tokoh (Kaitan interaksi simbolik
dengan pemikiran Weber dan Simmel)
Interaksionisme-Simbolik menginvestigasi aktifitas individu
dalam situasi sosial tertentu dengan memahami motivasi dan tujuan aktifitas
tersebut. Contohnya yaitu petani, di musim penghujan ini pastilah petani
membajak sawah dan menyebar benih padi dan palawija. Tindakan ini memiliki
motivasi dan tujuan tertentu, yaitu untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
nanti ketika panen datang. Fokus Kajiannya adalah pada Individu (pelaku) dan
dunia sekitarnya, yaitu interaksi antara individu dengan dunianya. Fokus
berikutnya pada “Perilaku” atau “Tindakan Sosial” oleh Individu. Perilaku/tindakan
individu merupakan keputusan akhir dari penafsiran individu terhadap dunia
disekitarnya
Dalam teorinya Mead
Interaksionalisme Simbolik berbeda dengan Fungsionalisme, dimana cara piker dan
perilaku individu sangat dipengaruhi/ ditentukan oleh sistem dan struktur sosial
tempat tinggalnya. Interaksionisme-SimbolikMead menekankan bahwa cara berpikir dan
perilaku individu ditentukan oleh pemahaman dan penafsiran individu terhadap situasi
disekitarnya, yang bisa berbentuk menyetujui atau melawan kondisi yang ada.
Dalam teorinya Blumer
mengetengahkan konsep ‘interpretasi’ dalam tindakan individu. Artinya: Individu
melibatkan proses berpikir, memahami dan menafsirkan stimulus (kondisi tertentu)
sebelum melakukan tindakan.
Kemudian dalam
teorinya Goffman, yaitu teori
dramaturgi yang dimana individu
atau Perilaku/tindakan individu dalam kehidupan sosial digambarkan seperti
penampilan diatas panggung sandiwara. Goffman menekankan pada proses penampilan
yang rentan terhadap gangguan dari audien. Individu harus mempersiapkan
penampilannya dengan baik, disatu sisi mengantisipasi gangguan dan agar audien
menilai dirinya sesuai dengan yang diinginkannya
Ketiga tokoh tersebut memiliki
keterkaitan teori dengan pemikiran Weber
dan Simmel. Yang dimana teori Weber menegaskan
bahwa analisis terhadap tindakan sosial didasarkan pada penafsiran/ pemahaman (intra-inter)
individu terhadap situasi disekitarnya.
Sedangkan bagi
Simmel, Masyarakat adalah interaksi
dinamis antar individu. Kajian Simmel tentang “Geometri Sosial” menekankan
pengaruh jumlah individu terhadap pola dan proses interaksi. Konsep Simmel
tentang “Dyad” (Interaksi dua orang) dan “Triad” (interaksi lebih 3 orang)
menjelaskan perubahan pola interaksi antar individu. Dari keterkaitan pemikiran
antara tokoh-tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu individu memiliki
cara berfikir tersendiri untuk melakukan suatu perilaku atau tindakan sosial,
yang dimana suatu tindakan akan mempengaruhi presepsi seseorang terhadap orang
yang bertindak tersebut.
Fokus/unit Analisis
Interaksionisme-Simbolik menginvestigasi aktifitas individu
dalam situasi sosial tertentu dengan memahami motivasi dan tujuan aktifitas
tersebut. Contohnya yaitu petani, di musim penghujan ini pastilah petani
membajak sawah dan menyebar benih padi dan palawija. Tindakan ini memiliki
motivasi dan tujuan tertentu, yaitu untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
nanti ketika panen datang. Fokus Kajiannya adalah pada Individu (pelaku) dan
dunia sekitarnya, yaitu interaksi antara individu dengan dunianya. Fokus
berikutnya pada “Perilaku” atau “Tindakan Sosial” oleh Individu. Perilaku/tindakan
individu merupakan keputusan akhir dari penafsiran individu terhadap dunia
disekitarnya
Seperti dalam teori Blumer, dimana
interaksionalisme simbolik bertumpu pada tiga premis, yaitu :
1. Manusia
bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu
bagi mereka.
2. Makna
tersebut bersal dan “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”.
3. Makna-makna
tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung.
Blumer
membentuk obyek-obyek misalnya berpakaian atau mempersiapkan diri untuk karir
profesional-individu seberanya sedang merancang obyek-obyek yang berbeda,
memberinya arti, menilai kesesuaian dengan tindakan, dan mengambil keputusan
berdasarkan penilaian tersebut. Hal inilah yang dimaksud dengan tindakan symbol
atau melakukan tindakan dengan menggunakan symbol. Dalam teori ini juga individu
melibatkan proses berpikir, memahami dan menafsirkan stimulus (kondisi tertentu)
sebelum melakukan tindakan.
Interaksionisme-SimbolikMead menekankan bahwa cara berpikir dan
perilaku individu ditentukan oleh pemahaman dan penafsiran individu terhadap situasi
disekitarnya, yang bisa berbentuk menyetujui atau melawan kondisi yang ada.
Disisi lain Goffman dalam
teorinya yaitu Dramaturgi mengangkat masalah utama yang dialami individu yaitu
dengan mengontrol kesan-kesan yang diberikannya pada orang lain. Pada akhirnya,
individu berusaha mengontrol penampilannya, keadaan fisiknya di mana mereka
memainkan peran-perannya, serta perilaku mereka. Goffman menekankan pada proses
penampilan yang rentan terhadap gangguan dari audien. Individu harus
mempersiapkan penampilannya dengan baik, disatu sisi mengantisipasi gangguan
dan agar audien menilai dirinya sesuai dengan yang diinginkannya
Dalam
memainkan peran seorang individu selalu menyiapkan penampilan denga sesempurna
mungkin. Mereka biasanya berani menampilkan perannya dengan melakukan hal-hal
yang membuatnya nyaman. Seperti memilih
pakaian yang bagus dan cocok untuk dia pakai, merias diri untuk terlihat lebih
cantik dan elegan, modis dan lain-lain. Biasanya seorang individu tersebut juga
akan berusaha jaga image demi penampilan yang ada dalam dirinya.
ISI TEORI
Teori interaksionalisme simbolik ini membahas menganai, Pertama: manusia adalah mahluk yang
berkemampuan memanipulasi simbol dalam berhubungan dengan sesamanya, Kedua: Proses kelahiran simbol-simbol
melalui interaksi di dunia sosial, yang saling terhubungan satu sama lain
secara kompleks. Ketiga: Individu
selalu terkait dengan dunia sekitarnya khususnya individu lain dalam
mengembangkan kepribadian dan penafsiran simbolik. Keempat: Interaksi antar individu menjadi bagian penting dalam
menciptakan dunia sosial masyarakat, karena memungkin proses sosial terus
berlangsung.
Diskusi bersama sebagai satu bentuk interaksi antar individu.
Diskusi hanya bisa berhasil apabila masing-masing memiliki kesepahaman yang
dimiliki bersama, disini dimediasi oleh bahasa.
Bagi Mead Individu/ diri adalah ‘Active’, ‘Interpretive’
dan‘Constructive’, menurut pandangannya interaksionalisme simbolik berbeda dengan
Fungsionalisme, dimana cara pikir dan perilaku individu sangat dipengaruhi/
ditentukan oleh sistem dan struktur sosial tempat tinggalnya. Interaksionisme-Simbolik
Mead menekankan bahwa cara berpikir dan perilaku individu ditentukan oleh pemahaman
dan penafsiran individu terhadap situasi disekitarnya, yang bisa berbentuk menyetujui
atau melawan kondisi yang ada
Konsep diri ini berkait erat dengan Pikiran (Mind) individu. Berbeda
dengan Psikologis yang melihat ‘Diri’ sebagai karakter dasar individu sejak lahir.
Bagi Mead, diri dapat berkembang seiring dengan perkembangan Pikiran individu,
yang tumbuh dalam suatu interaksi didunia sosial-masyarakat: yang pertama tetap
masyarakat bukan individunya. Hal penting lain dalam pembentukan diri Mead
adalah kemampuan individu untuk menjadikan dirinya obyek dari pikirannya.
Terdapat beberapa tahap pembentukan diri individu, yaitu :
Pertama: Tahap bermain (Play Stage), yaitu ketika individu mampu memainkan
diri orang lain
Kedua: TahapPermainan (Game Stage) merupakan tahap lanjut dengan Play
Stage. Perbedaannya terletak telah terbentuknya definisi peranyang jelas dan hubungannya dengan peran-peran yang
lain. Disini individu memiliki kemampuan menempati berbagai peran dan memahami hubungan
antar peran
Ketiga: Generalised Other, merupakan sikap dasar dari suatu masyarakat/
komunitas. Individu diharapkan berperilaku atau bersikap sesuai dengan harapan masyarakatnya.
Sebagai pola reaksi individu terhadap orang lain (diluar dirinya). Sebagai bagian
yang tidak bisa dikalkulasi, tidak bisa diprediksi dan sifat kreatif Diri individu.
Konsep symbol dalam teori Mead, bahwa Setiap mahluk mengembangkan
sistem komunikasi tertentu untuk saling berhubungan dengan sesamanya. Yaitu
dengan Mahluk tingkat bawah mengembangkan ‘isyarat’ atau ‘gestures’ sebagai media
komunikasi mereka yg terbatas. Manusia juga mengembangkan model komunikasi semacam
ini. Namun nilai penting manusia, adalah kemampuannya memanipulasi simbol, yang
bentuk akhirnya adalah bahasa. Bahasa memungkin manmanusia berkomunikasi dan mengembangkan
peradabannya lebih tinggi dibandingkan mahluk lainnya.
Symbol-simbol
yang dikemukakan Mead dapat juga berupa symbol dilarang parker, dilarang
merokok dan lain-lain.
Mead
mempunyai ide-ide interaksionalismem simbolik dalam bukunya Mind, Self and Society. Ide-ide tersebut
adalah
Prioritas Hal sosial
Bagi Mead, keseluruhan sosial
mendahului pikiran individual baik secara logis maupun secara secara temporal.
Tindakan
Mead menganggap tindakan sebagai
“unit paling primitif” di dalam teorinya (1982:27). Mead (1938/1972) mengenali
empat tahap dasar dan salung berhubungan di dalam tindakan (Schmitt dan
Schmitt, 1966); empat tahap itu menggambarkan suatu keseluruhan organik.
1. Impuls
Immpuls
yaitu rangsangan panca indra dan reaksi seorang individu terhadap rangsangan.
Contohnya seperti ketika kita terkena duri bunga mawar yang dimana tubuh kita
yang terkena duri tersebut dapat merangsang dan melakukan reaksi spontan untuk
menghindar.
2. Persepsi
Persepri yaitu seorang individu
mencari dan bereaksi terhadap stimulti yang berhubungan dengan impuls, dalam
hal ini seperti kehausan ketika kita melakukan olahraga dan kita harus memiliki alat untuk
memuaskannya. Orang mempunyai kemampuan untuk merasakan atau memahami stimulti
melalui mendengar, membaui, mengecap dan seterusnya Orang tidak hanya tunduk
kepada perangsangan luar, mereka juga memilih secara aktif
karateristik-karateristik suatu stimulus dan memilih diatara sekumpulan stimuli
3. Manipulasi
Manipulasi
terjadi ketika impuls telah mewujudkan diri dan objek telah dirasakan,
selanjutnya memanipulasi objek atau, secara lebih umum, mengambil tindakan
berkenaan dengannya. Bagi Mead, fase manipulasi merupakan suatu jeda temporer
yang penting di dalam proses itu sehingga suatu respons tidak diwujudkan
seketika.
4. Penyelesaian
Penyelesaian
atau memuaskan impuls semula. Biasanya pemuasan dilakukan untuk menimbulkan
impuls awal. Ketika kita kehausan, cara memuaskannya yaitu denga cara minum air
secukupnya.
Selanjutnya Blumer,
dimana dia mengkritik penganut Perilaku Sosial yang melihat tindakan individu
hanya dari sisi stimulus dan respon tanpa adanya proses berpikir. Blumer
mengetengahkan konsep ‘interpretasi’ dalam tindakan individu. Artinya: Individu
melibatkan proses berpikir, memahami dan menafsirkan stimulus (kondisi
tertentu) sebelum melakukan tindakan atasnya.
3 premise Blumer :
Pertama: Manusia bertindak suatu berdasarkan makna dari sesuatu tsb bagi
dirinya. Manusia disini memiliki kemampuan berpikir dan memahami sesuatu. Pemahamannya
terhadap sesuatu mempengaruhi tindakannya
Kedua: Makna dari sesuatu itu lahir dalam proses interaksi sosial dengan
sesame. Individu selalu berinteraksi dengan individu lainnya. Proses tersebut adalah
Sosialisasi: sebagai proses dinamis yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuannya
dalam berpikir dan memahami dunia disekitarnya
Ketiga: Makna dari sesuatu akan dipahami dan juga dimodifikasi oleh
individu melalui kemampuan interpretif dan kreatifnya. Makna suatu benda
tidaklah statis, tapi dinamis. Individu yang kreatif dan intepretif bersama
dengan proses interaksi yang dinamis akan memodifikasi makna dari suatu benda. Pada
bagian inilah, manusia memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya melalui
modifikasi makna dari dunia disekitarnya
Aktifitas
pengajian menunjukkan interaksi antar individu untuk membuat pemahaman dalam
kehidupan agama (bisa disebut aktifitas proses penciptaan dan manipulasi simbol
dalam interaksi manusia)
Dalam membuat keputusan Blumer
dalam pandangannya yaitu bahwa kemampuan manusia untuk memanipulasi simbol dan
makna-maknanya, memungkinkan dia memilih dalam membuat keputusan. Tindakan manusia adalah hasil dari
serangkaian interpretasi dan pilihannya dalam suatu setting sosial tertentu. Bagian ini menegaskan sisi vita
analisis individu dalam sosiologi: yang disebut Sosiologi Mikro
Selanjutnya
yaitu dalam teori dramaturgi Goffman.
Dalam Presentation of Self, Goffman
memfokuskan kepada pendokumentasian tentang apa yang dia sebut dengan
“ungkapan-ungkapan yang tersirat”, yaitu suatu ungkapan yang lebih bersifat
teateris dan jenis-jenis kontektual, non verbal dan jenis yang diduga bukan
bersifat intentionalitas, adakah tujuan komunikasi ini direkayasa atau tidak.
Kita memahami makna dan mendapatkan kesan dari berbagai tindakan orang lain,
seringkali lebih bergantung kepada kesan kita terhadap tindakan mereka
dibandingkan dengan perkataan-perkataan mereka.
Dalam teori ini
Goffman menggunakan konsep Looking-glass Self, yaitu mengenai Pertama: Individu membayangkan bagaimana
penampilan dirinya di mata orang lain. Kedua:
Individu membayangkan penilaian orang lain terhadap penampilannya. Ketiga: Individu membangun rasa baik
itu ‘bangga’ atau ‘malu’ sebagai hasil penilaian orang lain terhadapnya. Sama
seperti dengan Mead, Goffman juga meneruskan konsep diri antara I dan Me,
dimana “I” sebagai ‘Diri yang spontan’ dan “Me” sebagai ‘Diri yang
terbentuk/dipengaruhi oleh struktur/sistem Sosial-Budaya’. Konsep ini
dikembangkan Goffman dalam ketegangan antara: Diri yang sangat manusiasi (bebas
berekspresi) dan diri yang tersosialisasikan (dipengaruhi oleh sistem
Sosial-budaya) . Menurut
Goffman diri adalah produk dari interaksi dramatik antara pelaku dan audien
dengan menggunakan interaksi sebagau media/ ruang ‘Diri’ individu terbentuk dan
berkembang. Proses ‘pembentukan dan perkembangan diri, dijelaskan oleh Goffman
dalam kerangka analisis ‘Dramaturgi’nya
Dramaturgi
merupakan diri individu atau Perilaku/tindakan individu dalam kehidupan
sosial digambarkan seperti penampilan diatas panggung sandiwara. Goffman
menekankan pada proses penampilan yang rentan terhadap gangguan dari audien. Individu
harus mempersiapkan penampilannya dengan baik, disatu sisi mengantisipasi
gangguan dan agar audien menilai dirinya sesuai dengan yang diinginkannya.
Menurut Goffman, penampilan yang cukup jelas digunakan audien untuk menilai
seseorang tersebut. Penampilan yang digunakan pun juga sesuai dengan tempat
dimana dia berada, seperti polisi, yang dimana pakaian yang dikenakan sesuai
dengan polisi pada umumnya.
Dalam Konsep “Back Stage” setiap individu senantiasa
berusaha menampilkan dirinya sebagaimana yg diharapkan (ideal) oleh audien. Oleh
sebab itu, ia berusaha menutupi berbagai perilaku yg tidak diharapkan audien
dalam penampilannya. Biasanya individu menutupi perilaku yang tidak sesuai dan
tidak disukai orang lain, menghindari kesalahan, serta menutupi hal-hal yang
tidak baik.
Selanjutnya
mengenai Impression Management. Impression Management merupakan metode yang
digunakan oleh pelaku untuk meminimalisis kesalahan dan berbagai perilaku/
tindakan yg tidak tepat selama penampilan. Yang dilakukan bisa Berupa berganti
audien, pengendalian diri (emosi) dan gaya bicara, serta Persiapan yg matang
sekaligus mengantisipasi gangguan. Impression Management sering juga dilakukan
oleh Audien dengan memberikan perhatian atau tidak menyalahkan ketika pelaku
melakukan kesalahan
Dalam
hal ini Goffman juga menegaskan bahwa setiap individu memiliki sejumlah peran
yang sangat banyak. Beberapa peran tersebut tidak dia sukai/ senangi, sehingga
dalam memainkannya dia tidak menunjukkan intensitasnya, karena merasa dia
terlalu bagus untuk memainkan peran tersebut
Dalam interaksi,
Goffman melihat bahwa interaksi antar individu khususnya interaksi tatap muka
(face-to-face) adalah fokus kajian yang sangat menarik. Terdapat berbagai macam
aturan dan juga pertimbangan sosial-budaya yang kompleks, ketika seorang
individu berperilaku / bertindak dihadapan individu lain (tunggal atau jamak). Interaksi:
Pertimbangan Dasar. Interaksi ini pelaku harus berperilaku sesuai dengan
norma/aturan moral yang tepat dengan setting sosial tertentu, Individu juga
harus menunjukkan tingkat derajat keterlibatan yang tepat dengan situasi sosial
tertentu, Individu harus menunjukkan tingkat derajat ‘ketidak pedulian’ (civil
inattention) ketika berhadap dengan orang asing dan Pelaku interaksi harus bisa
dijangkau (ditanggapi) dengan pelaku lain.
Kelemahan/Kekurangan Teori
Denis
Worng mengeritik pandangan dalam sosiologi yang terlalu mendewakan integrasi
yang menghasilkan pandangan manusia yang deterministis dan disosialisis secara
berlebihan dan merupakan pandangan yang sangat kuat ketika fungsionalisme
structural sedang berada dipuncak kejayaan.
Zietin
juga mengatakan bahwa Blumer menghasilkan pandangan masyarakat yang tak lebih
daripada pluralitas diri yang terpilar-pilar, berinteraksi dalam situasi tanpa
struktur.
Kritik
lain yaitu Blumer terlalu cemas akan faham kesatuan, selft yang tidak
terdeferensiasi ketimbang diri sebagai kesatuan yang kompleks. Pendekatan
Blumer pada teori kaum interaksionalisme simbolik juga telah ditantang oleh
kaum interaksionalisme simbolik lainnya. Interaksionalisme simbolik Mead dan
Blumer tampak berlawanan dengan pendekatann model ilmu alam. Interaksionalisme
simbolik juga dipandang terlalu mudah menyerah dalam teknik-teknik ilmiah.
Teori ini juga dikritik karena menganggap struktur sosial kurang penting dalam
masyarakat. Interaksonalisme simbolik telah dikritik karena mengabaikan
faktor-faktor psikologis seperti kebutuhan, motif-motif, maksud-maksud, dan
aspirasi-aspirasi.
Ketidakpastian
atau kesamaran konsep-konsep meadian juga terdapat kritikan (Khun, William
Kolb, James Petras) . Kuhn membicarakan sangat ambigu daalam teori Mead.
Kritik
dari Cuzzort and King (1976: 254) bahwa manusia merupakan bintang-calon
bintang. Dalam masyarakat para pemeran harus terus mempertahankan prespektif
baik terhadap dirinya. Mereka tidak harus bertindak sesuai dengan ukuran-ukuran
normatif (Goffman, 1959: 251).
Kritik dari Gouldner bahwa dramaturgi itu sampai pada dan
mengungkapkan hakikat self sebagai
komoditi dan sama sekali menghindari setiap nilai guna yang penting; dan ini
sudah meupakan sosiologi yang tidak punya harga diri.
Gouldner (1970: 380) mengemukakan
empat pertanyaan dasar yang tidak terjawab Goffman, yaitu:
1. Mengapa
self tertentu saja, bukan self lain yang dipilih dan diketengahkan
oleh aktor?
2. Mengapa
orang menerima atau menolak
self itu?
3. Apakah
konsekuensi dari beberapa self lebih
memuaskan bagi self orang lain?
4. Bagaimana
kekuasaan dan kekayaan berhasil menyediakan sumber-sumber yang mempengaruhi
rancangan self?
Relevansi Teori untuk Analisis
Masyarakat Kontemporer
Dalam
dunia saat ini, teori interaksionalisme simbolik dapat dilihat dari remaja yang
dimana mereka berinteraksi dengan orang tua, teman sebaya, dan masyarakat. Akan
tetapi teori ini akan tergambar jelas ketika remaja tersebut melakukan suatu
komitmen atau hubungan, lebih tepatnya yaitu PACARAN. Pacaran dalam dunia saat
ini bukanlah menjadi hal yang tabu lagi. Kebanyakan orang baik remaja maupun
anak kecil sudah mengenal apa itu pacaran. Pacaran merupakan suatu hubungan
antar individu. Hubungan tersebut bersifat dekat dan cukup intim.
Dalam
sebuah pacaran pastinya diawali dengan suatu perkenalan atau pendekatan
terhadap suatu individu, yang dimana suatu pendekatan tersebut bertujuan untuk
saling mengenal satu sama lain dan membangun presepsi (seperti dalam teori
interaksi simbolik diatas). Presepsi-presepsi yang dibuat yaitu melalui
interaksi antar individu dan juga simbol yang dilakukan seorang individu,
biasanya untuk membangun presepsi yang baik untuk si pacar. Dalam hal ini individu berusaha menyembunyikan
peran dirinya yang tidak di sukai si pacar, baik itu dilakukan si perempuannya
maupun si laki-lakinya. Keduanya saling menyembunyikan hal-hal yang dapat
merusak persepsi awal yang baik.
Kemudian
ketika mereka menikah, perubahan bentuk interaksi akan telihat jelas. Hal-hal
yang tadinya disembunyikan kini sudah mulai tampak. Biasanya mereka sudah bisa
mengetahui karakter masing-masing, namun mereka akan berusaha memahami
interaksi dan simbol dari pasangannya dan akan tetap berusaha untuk
menyembunyikan hal-hal yang merusak tadi agar hubungan (pernikahan) mereka
tetap baik-baik saja.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson,
D. P.1989. Teori Sosiologi Klasik dan
Modern Jilid 2. Jakarta: Gramedia
Poloma.
2013. Sosiologi Kontemporer. Jakarta:
Rajawali Pers
Ritzer.
2014. Teori Sosiologi dari Sosiologi
Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zeitlin.
1995. Memahami Kembali Sosiologi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar