Minggu, 17 Januari 2016

Teori Interaksionalisme Simbolik




Sejarah Kelahiran Interaksi Simbolik
Interaksi-simbolik merupakan aliran sosiologi Amerika yang lain dari tradisi Psikologi. Karya-karya para psikologi Amerika seperti William James, James Mark Baldwin dan Jhon Dewey telah memperbarui sosiolog Charles H. Cooley, yang kemudian membantu pengembangan teori psikologi sosial dalam sosiologi Amerika.
Blumer melukiskan hakikat masyarakat dari sudut pandang Mead. Dia menempatkan masyarakat pada kedudukan yang sangat penting . pusat perhatiannya ialah masalah-masalah filosof.  Blumer menciptakan istilah interaksionalisme simbolik pada 1937 dan menulis untuk perkembangan teorinya (Morrione, 2007). Sementara Mead berusaha membedakan interaksionalisme simbolik yang mulai lahir dari behaviorisme. Behaviorisme reduksionis membuat Mead cemas dan terdapat juga ancaman dari teori-teori sosiologistik berskala besar, yaitu fungsionalisme struktural.
Dalam pandangan Blumer, sebagian besar orang yang menggunakan konsep behaviorisme memikirkan sikap sebagai suatu “tendensi yang sudah diorganisasikan” di dalam si pemeran mereka cenderung menganggap tindakan-tindakan di dorong oleh sikap-sikap. Blumer juga memilih untuk mengkritik orang-orang yang berfokus pada motif-motif sadar dan tidak sadar. Para si pemeran di dorong untuk selalu mengontrol tindakan atau perilaku mereka dalam lingkup umum agar tidak megubah presepsi yang sudah dibuat sejak awal atau denga kata lain si pemeran harus pintar menjaga image. Blumer melawan setiap teori psikologis yang mengabaikan proses melalui mana aktor membentuk makna – faktanya ialah bahwa para aktor mempunyai diri dan berhubungan dengannya.
Tokoh (Kaitan interaksi simbolik dengan pemikiran Weber dan Simmel)
Interaksionisme-Simbolik menginvestigasi aktifitas individu dalam situasi sosial tertentu dengan memahami motivasi dan tujuan aktifitas tersebut. Contohnya yaitu petani, di musim penghujan ini pastilah petani membajak sawah dan menyebar benih padi dan palawija. Tindakan ini memiliki motivasi dan tujuan tertentu, yaitu untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya nanti ketika panen datang. Fokus Kajiannya adalah pada Individu (pelaku) dan dunia sekitarnya, yaitu interaksi antara individu dengan dunianya. Fokus berikutnya pada “Perilaku” atau “Tindakan Sosial” oleh Individu. Perilaku/tindakan individu merupakan keputusan akhir dari penafsiran individu terhadap dunia disekitarnya

Dalam teorinya Mead Interaksionalisme Simbolik berbeda dengan Fungsionalisme, dimana cara piker dan perilaku individu sangat dipengaruhi/ ditentukan oleh sistem dan struktur sosial tempat tinggalnya. Interaksionisme-SimbolikMead menekankan bahwa cara berpikir dan perilaku individu ditentukan oleh pemahaman dan penafsiran individu terhadap situasi disekitarnya, yang bisa berbentuk menyetujui atau melawan kondisi yang ada.
Dalam teorinya Blumer mengetengahkan konsep ‘interpretasi’ dalam tindakan individu. Artinya: Individu melibatkan proses berpikir, memahami dan menafsirkan stimulus (kondisi tertentu) sebelum melakukan tindakan.
Kemudian dalam teorinya Goffman, yaitu teori dramaturgi yang dimana individu atau Perilaku/tindakan individu dalam kehidupan sosial digambarkan seperti penampilan diatas panggung sandiwara. Goffman menekankan pada proses penampilan yang rentan terhadap gangguan dari audien. Individu harus mempersiapkan penampilannya dengan baik, disatu sisi mengantisipasi gangguan dan agar audien menilai dirinya sesuai dengan yang diinginkannya
Ketiga tokoh tersebut memiliki keterkaitan teori dengan pemikiran Weber dan Simmel. Yang dimana teori Weber menegaskan bahwa analisis terhadap tindakan sosial didasarkan pada penafsiran/ pemahaman (intra-inter) individu terhadap situasi disekitarnya. Sedangkan bagi Simmel, Masyarakat adalah interaksi dinamis antar individu. Kajian Simmel tentang “Geometri Sosial” menekankan pengaruh jumlah individu terhadap pola dan proses interaksi. Konsep Simmel tentang “Dyad” (Interaksi dua orang) dan “Triad” (interaksi lebih 3 orang) menjelaskan perubahan pola interaksi antar individu. Dari keterkaitan pemikiran antara tokoh-tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu individu memiliki cara berfikir tersendiri untuk melakukan suatu perilaku atau tindakan sosial, yang dimana suatu tindakan akan mempengaruhi presepsi seseorang terhadap orang yang bertindak tersebut.

Fokus/unit Analisis
Interaksionisme-Simbolik menginvestigasi aktifitas individu dalam situasi sosial tertentu dengan memahami motivasi dan tujuan aktifitas tersebut. Contohnya yaitu petani, di musim penghujan ini pastilah petani membajak sawah dan menyebar benih padi dan palawija. Tindakan ini memiliki motivasi dan tujuan tertentu, yaitu untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya nanti ketika panen datang. Fokus Kajiannya adalah pada Individu (pelaku) dan dunia sekitarnya, yaitu interaksi antara individu dengan dunianya. Fokus berikutnya pada “Perilaku” atau “Tindakan Sosial” oleh Individu. Perilaku/tindakan individu merupakan keputusan akhir dari penafsiran individu terhadap dunia disekitarnya
 Seperti dalam teori Blumer, dimana interaksionalisme simbolik bertumpu pada tiga premis, yaitu :
1.      Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
2.      Makna tersebut bersal dan “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”.
3.      Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung.
Blumer membentuk obyek-obyek misalnya berpakaian atau mempersiapkan diri untuk karir profesional-individu seberanya sedang merancang obyek-obyek yang berbeda, memberinya arti, menilai kesesuaian dengan tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Hal inilah yang dimaksud dengan tindakan symbol atau melakukan tindakan dengan menggunakan symbol. Dalam teori ini juga individu melibatkan proses berpikir, memahami dan menafsirkan stimulus (kondisi tertentu) sebelum melakukan tindakan.
Interaksionisme-SimbolikMead menekankan bahwa cara berpikir dan perilaku individu ditentukan oleh pemahaman dan penafsiran individu terhadap situasi disekitarnya, yang bisa berbentuk menyetujui atau melawan kondisi yang ada.
Disisi lain Goffman dalam teorinya yaitu Dramaturgi mengangkat masalah utama yang dialami individu yaitu dengan mengontrol kesan-kesan yang diberikannya pada orang lain. Pada akhirnya, individu berusaha mengontrol penampilannya, keadaan fisiknya di mana mereka memainkan peran-perannya, serta perilaku mereka. Goffman menekankan pada proses penampilan yang rentan terhadap gangguan dari audien. Individu harus mempersiapkan penampilannya dengan baik, disatu sisi mengantisipasi gangguan dan agar audien menilai dirinya sesuai dengan yang diinginkannya
Dalam memainkan peran seorang individu selalu menyiapkan penampilan denga sesempurna mungkin. Mereka biasanya berani menampilkan perannya dengan melakukan hal-hal yang membuatnya nyaman. Seperti  memilih pakaian yang bagus dan cocok untuk dia pakai, merias diri untuk terlihat lebih cantik dan elegan, modis dan lain-lain. Biasanya seorang individu tersebut juga akan berusaha jaga image demi penampilan yang ada dalam dirinya.
ISI TEORI
Teori interaksionalisme simbolik ini membahas menganai, Pertama: manusia adalah mahluk yang berkemampuan memanipulasi simbol dalam berhubungan dengan sesamanya, Kedua: Proses kelahiran simbol-simbol melalui interaksi di dunia sosial, yang saling terhubungan satu sama lain secara kompleks. Ketiga: Individu selalu terkait dengan dunia sekitarnya khususnya individu lain dalam mengembangkan kepribadian dan penafsiran simbolik. Keempat: Interaksi antar individu menjadi bagian penting dalam menciptakan dunia sosial masyarakat, karena memungkin proses sosial terus berlangsung.
Diskusi bersama sebagai satu bentuk interaksi antar individu. Diskusi hanya bisa berhasil apabila masing-masing memiliki kesepahaman yang dimiliki bersama, disini dimediasi oleh bahasa.
Bagi Mead Individu/ diri adalah ‘Active’, ‘Interpretive’ dan‘Constructive’, menurut pandangannya interaksionalisme simbolik berbeda dengan Fungsionalisme, dimana cara pikir dan perilaku individu sangat dipengaruhi/ ditentukan oleh sistem dan struktur sosial tempat tinggalnya. Interaksionisme-Simbolik Mead menekankan bahwa cara berpikir dan perilaku individu ditentukan oleh pemahaman dan penafsiran individu terhadap situasi disekitarnya, yang bisa berbentuk menyetujui atau melawan kondisi yang ada
Konsep diri ini berkait erat dengan Pikiran (Mind) individu. Berbeda dengan Psikologis yang melihat ‘Diri’ sebagai karakter dasar individu sejak lahir. Bagi Mead, diri dapat berkembang seiring dengan perkembangan Pikiran individu, yang tumbuh dalam suatu interaksi didunia sosial-masyarakat: yang pertama tetap masyarakat bukan individunya. Hal penting lain dalam pembentukan diri Mead adalah kemampuan individu untuk menjadikan dirinya obyek dari pikirannya. Terdapat beberapa tahap pembentukan diri individu, yaitu :
Pertama: Tahap bermain (Play Stage), yaitu ketika individu mampu memainkan diri orang lain
Kedua: TahapPermainan (Game Stage) merupakan tahap lanjut dengan Play Stage. Perbedaannya terletak telah terbentuknya definisi peranyang  jelas dan hubungannya dengan peran-peran yang lain. Disini individu memiliki kemampuan menempati berbagai peran dan memahami hubungan antar peran
Ketiga: Generalised Other, merupakan sikap dasar dari suatu masyarakat/ komunitas. Individu diharapkan berperilaku atau bersikap sesuai dengan harapan masyarakatnya. Sebagai pola reaksi individu terhadap orang lain (diluar dirinya). Sebagai bagian yang tidak bisa dikalkulasi, tidak bisa diprediksi dan sifat kreatif Diri individu.
Konsep symbol dalam teori Mead, bahwa Setiap mahluk mengembangkan sistem komunikasi tertentu untuk saling berhubungan dengan sesamanya. Yaitu dengan Mahluk tingkat bawah mengembangkan ‘isyarat’ atau ‘gestures’ sebagai media komunikasi mereka yg terbatas. Manusia juga mengembangkan model komunikasi semacam ini. Namun nilai penting manusia, adalah kemampuannya memanipulasi simbol, yang bentuk akhirnya adalah bahasa. Bahasa memungkin manmanusia berkomunikasi dan mengembangkan peradabannya lebih tinggi dibandingkan mahluk lainnya.
Symbol-simbol yang dikemukakan Mead dapat juga berupa symbol dilarang parker, dilarang merokok dan lain-lain.
Mead mempunyai ide-ide interaksionalismem simbolik dalam bukunya Mind, Self and Society. Ide-ide tersebut adalah
Prioritas Hal sosial
            Bagi Mead, keseluruhan sosial mendahului pikiran individual baik secara logis maupun secara secara temporal.
Tindakan
            Mead menganggap tindakan sebagai “unit paling primitif” di dalam teorinya (1982:27). Mead (1938/1972) mengenali empat tahap dasar dan salung berhubungan di dalam tindakan (Schmitt dan Schmitt, 1966); empat tahap itu menggambarkan suatu keseluruhan organik.
1.      Impuls
Immpuls yaitu rangsangan panca indra dan reaksi seorang individu terhadap rangsangan. Contohnya seperti ketika kita terkena duri bunga mawar yang dimana tubuh kita yang terkena duri tersebut dapat merangsang dan melakukan reaksi spontan untuk menghindar. 
2.      Persepsi
            Persepri yaitu seorang individu mencari dan bereaksi terhadap stimulti yang berhubungan dengan impuls, dalam hal ini seperti kehausan ketika kita melakukan olahraga  dan kita harus memiliki alat untuk memuaskannya. Orang mempunyai kemampuan untuk merasakan atau memahami stimulti melalui mendengar, membaui, mengecap dan seterusnya Orang tidak hanya tunduk kepada perangsangan luar, mereka juga memilih secara aktif karateristik-karateristik suatu stimulus dan memilih diatara sekumpulan stimuli
3.      Manipulasi
Manipulasi terjadi ketika impuls telah mewujudkan diri dan objek telah dirasakan, selanjutnya memanipulasi objek atau, secara lebih umum, mengambil tindakan berkenaan dengannya. Bagi Mead, fase manipulasi merupakan suatu jeda temporer yang penting di dalam proses itu sehingga suatu respons tidak diwujudkan seketika.
4.      Penyelesaian
Penyelesaian atau memuaskan impuls semula. Biasanya pemuasan dilakukan untuk menimbulkan impuls awal. Ketika kita kehausan, cara memuaskannya yaitu denga cara minum air secukupnya.
Selanjutnya Blumer, dimana dia mengkritik penganut Perilaku Sosial yang melihat tindakan individu hanya dari sisi stimulus dan respon tanpa adanya proses berpikir. Blumer mengetengahkan konsep ‘interpretasi’ dalam tindakan individu. Artinya: Individu melibatkan proses berpikir, memahami dan menafsirkan stimulus (kondisi tertentu) sebelum melakukan tindakan atasnya.
3 premise Blumer :
Pertama: Manusia bertindak suatu berdasarkan makna dari sesuatu tsb bagi dirinya. Manusia disini memiliki kemampuan berpikir dan memahami sesuatu. Pemahamannya terhadap sesuatu mempengaruhi tindakannya
Kedua: Makna dari sesuatu itu lahir dalam proses interaksi sosial dengan sesame. Individu selalu berinteraksi dengan individu lainnya. Proses tersebut adalah Sosialisasi: sebagai proses dinamis yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuannya dalam berpikir dan memahami dunia disekitarnya
Ketiga: Makna dari sesuatu akan dipahami dan juga dimodifikasi oleh individu melalui kemampuan interpretif dan kreatifnya. Makna suatu benda tidaklah statis, tapi dinamis. Individu yang kreatif dan intepretif bersama dengan proses interaksi yang dinamis akan memodifikasi makna dari suatu benda. Pada bagian inilah, manusia memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya melalui modifikasi makna dari dunia disekitarnya
Aktifitas pengajian menunjukkan interaksi antar individu untuk membuat pemahaman dalam kehidupan agama (bisa disebut aktifitas proses penciptaan dan manipulasi simbol dalam interaksi manusia)
Dalam membuat keputusan Blumer dalam pandangannya yaitu bahwa kemampuan manusia untuk memanipulasi simbol dan makna-maknanya, memungkinkan dia memilih dalam membuat keputusan. Tindakan manusia adalah hasil dari serangkaian interpretasi dan pilihannya dalam suatu setting sosial tertentu. Bagian ini menegaskan sisi vita analisis individu dalam sosiologi: yang disebut Sosiologi Mikro

Selanjutnya yaitu dalam teori dramaturgi Goffman. Dalam Presentation of Self, Goffman memfokuskan kepada pendokumentasian tentang apa yang dia sebut dengan “ungkapan-ungkapan yang tersirat”, yaitu suatu ungkapan yang lebih bersifat teateris dan jenis-jenis kontektual, non verbal dan jenis yang diduga bukan bersifat intentionalitas, adakah tujuan komunikasi ini direkayasa atau tidak. Kita memahami makna dan mendapatkan kesan dari berbagai tindakan orang lain, seringkali lebih bergantung kepada kesan kita terhadap tindakan mereka dibandingkan dengan perkataan-perkataan mereka.
            Dalam teori ini Goffman menggunakan konsep Looking-glass Self, yaitu mengenai Pertama: Individu membayangkan bagaimana penampilan dirinya di mata orang lain. Kedua: Individu membayangkan penilaian orang lain terhadap penampilannya. Ketiga: Individu membangun rasa baik itu ‘bangga’ atau ‘malu’ sebagai hasil penilaian orang lain terhadapnya. Sama seperti dengan Mead, Goffman juga meneruskan konsep diri antara I dan Me, dimana “I” sebagai ‘Diri yang spontan’ dan “Me” sebagai ‘Diri yang terbentuk/dipengaruhi oleh struktur/sistem Sosial-Budaya’. Konsep ini dikembangkan Goffman dalam ketegangan antara: Diri yang sangat manusiasi (bebas berekspresi) dan diri yang tersosialisasikan (dipengaruhi oleh sistem Sosial-budaya) . Menurut Goffman diri adalah produk dari interaksi dramatik antara pelaku dan audien dengan menggunakan interaksi sebagau media/ ruang ‘Diri’ individu terbentuk dan berkembang. Proses ‘pembentukan dan perkembangan diri, dijelaskan oleh Goffman dalam kerangka analisis ‘Dramaturgi’nya

Dramaturgi merupakan diri individu atau Perilaku/tindakan individu dalam kehidupan sosial digambarkan seperti penampilan diatas panggung sandiwara. Goffman menekankan pada proses penampilan yang rentan terhadap gangguan dari audien. Individu harus mempersiapkan penampilannya dengan baik, disatu sisi mengantisipasi gangguan dan agar audien menilai dirinya sesuai dengan yang diinginkannya. Menurut Goffman, penampilan yang cukup jelas digunakan audien untuk menilai seseorang tersebut. Penampilan yang digunakan pun juga sesuai dengan tempat dimana dia berada, seperti polisi, yang dimana pakaian yang dikenakan sesuai dengan polisi pada umumnya.
Dalam Konsep “Back Stage” setiap individu senantiasa berusaha menampilkan dirinya sebagaimana yg diharapkan (ideal) oleh audien. Oleh sebab itu, ia berusaha menutupi berbagai perilaku yg tidak diharapkan audien dalam penampilannya. Biasanya individu menutupi perilaku yang tidak sesuai dan tidak disukai orang lain, menghindari kesalahan, serta menutupi hal-hal yang tidak baik.
Selanjutnya mengenai Impression Management. Impression Management merupakan metode yang digunakan oleh pelaku untuk meminimalisis kesalahan dan berbagai perilaku/ tindakan yg tidak tepat selama penampilan. Yang dilakukan bisa Berupa berganti audien, pengendalian diri (emosi) dan gaya bicara, serta Persiapan yg matang sekaligus mengantisipasi gangguan. Impression Management sering juga dilakukan oleh Audien dengan memberikan perhatian atau tidak menyalahkan ketika pelaku melakukan kesalahan
Dalam hal ini Goffman juga menegaskan bahwa setiap individu memiliki sejumlah peran yang sangat banyak. Beberapa peran tersebut tidak dia sukai/ senangi, sehingga dalam memainkannya dia tidak menunjukkan intensitasnya, karena merasa dia terlalu bagus untuk memainkan peran tersebut
Dalam interaksi, Goffman melihat bahwa interaksi antar individu khususnya interaksi tatap muka (face-to-face) adalah fokus kajian yang sangat menarik. Terdapat berbagai macam aturan dan juga pertimbangan sosial-budaya yang kompleks, ketika seorang individu berperilaku / bertindak dihadapan individu lain (tunggal atau jamak). Interaksi: Pertimbangan Dasar. Interaksi ini pelaku harus berperilaku sesuai dengan norma/aturan moral yang tepat dengan setting sosial tertentu, Individu juga harus menunjukkan tingkat derajat keterlibatan yang tepat dengan situasi sosial tertentu, Individu harus menunjukkan tingkat derajat ‘ketidak pedulian’ (civil inattention) ketika berhadap dengan orang asing dan Pelaku interaksi harus bisa dijangkau (ditanggapi) dengan pelaku lain.
Kelemahan/Kekurangan Teori
Denis Worng mengeritik pandangan dalam sosiologi yang terlalu mendewakan integrasi yang menghasilkan pandangan manusia yang deterministis dan disosialisis secara berlebihan dan merupakan pandangan yang sangat kuat ketika fungsionalisme structural sedang berada dipuncak kejayaan.
Zietin juga mengatakan bahwa Blumer menghasilkan pandangan masyarakat yang tak lebih daripada pluralitas diri yang terpilar-pilar, berinteraksi dalam situasi tanpa struktur.  
Kritik lain yaitu Blumer terlalu cemas akan faham kesatuan, selft yang tidak terdeferensiasi ketimbang diri sebagai kesatuan yang kompleks. Pendekatan Blumer pada teori kaum interaksionalisme simbolik juga telah ditantang oleh kaum interaksionalisme simbolik lainnya. Interaksionalisme simbolik Mead dan Blumer tampak berlawanan dengan pendekatann model ilmu alam. Interaksionalisme simbolik juga dipandang terlalu mudah menyerah dalam teknik-teknik ilmiah. Teori ini juga dikritik karena menganggap struktur sosial kurang penting dalam masyarakat. Interaksonalisme simbolik telah dikritik karena mengabaikan faktor-faktor psikologis seperti kebutuhan, motif-motif, maksud-maksud, dan aspirasi-aspirasi.
Ketidakpastian atau kesamaran konsep-konsep meadian juga terdapat kritikan (Khun, William Kolb, James Petras) . Kuhn membicarakan sangat ambigu daalam teori Mead.
Kritik dari Cuzzort and King (1976: 254) bahwa manusia merupakan bintang-calon bintang. Dalam masyarakat para pemeran harus terus mempertahankan prespektif baik terhadap dirinya. Mereka tidak harus bertindak sesuai dengan ukuran-ukuran normatif (Goffman, 1959: 251).
            Kritik dari  Gouldner bahwa dramaturgi itu sampai pada dan mengungkapkan hakikat self sebagai komoditi dan sama sekali menghindari setiap nilai guna yang penting; dan ini sudah meupakan sosiologi yang tidak punya harga diri.
            Gouldner (1970: 380) mengemukakan empat pertanyaan dasar yang tidak terjawab Goffman, yaitu:
1.      Mengapa self tertentu saja, bukan self lain yang dipilih dan diketengahkan oleh aktor?
2.      Mengapa orang menerima atau menolak self itu?
3.      Apakah konsekuensi dari beberapa self lebih memuaskan bagi self orang lain?
4.      Bagaimana kekuasaan dan kekayaan berhasil menyediakan sumber-sumber yang mempengaruhi rancangan self?
Relevansi Teori untuk Analisis Masyarakat Kontemporer
Dalam dunia saat ini, teori interaksionalisme simbolik dapat dilihat dari remaja yang dimana mereka berinteraksi dengan orang tua, teman sebaya, dan masyarakat. Akan tetapi teori ini akan tergambar jelas ketika remaja tersebut melakukan suatu komitmen atau hubungan, lebih tepatnya yaitu PACARAN. Pacaran dalam dunia saat ini bukanlah menjadi hal yang tabu lagi. Kebanyakan orang baik remaja maupun anak kecil sudah mengenal apa itu pacaran. Pacaran merupakan suatu hubungan antar individu. Hubungan tersebut bersifat dekat dan cukup intim.
Dalam sebuah pacaran pastinya diawali dengan suatu perkenalan atau pendekatan terhadap suatu individu, yang dimana suatu pendekatan tersebut bertujuan untuk saling mengenal satu sama lain dan membangun presepsi (seperti dalam teori interaksi simbolik diatas). Presepsi-presepsi yang dibuat yaitu melalui interaksi antar individu dan juga simbol yang dilakukan seorang individu, biasanya untuk membangun presepsi yang baik untuk si  pacar. Dalam hal ini individu berusaha menyembunyikan peran dirinya yang tidak di sukai si pacar, baik itu dilakukan si perempuannya maupun si laki-lakinya. Keduanya saling menyembunyikan hal-hal yang dapat merusak persepsi awal yang baik.
Kemudian ketika mereka menikah, perubahan bentuk interaksi akan telihat jelas. Hal-hal yang tadinya disembunyikan kini sudah mulai tampak. Biasanya mereka sudah bisa mengetahui karakter masing-masing, namun mereka akan berusaha memahami interaksi dan simbol dari pasangannya dan akan tetap berusaha untuk menyembunyikan hal-hal yang merusak tadi agar hubungan (pernikahan) mereka tetap baik-baik saja.

DAFTAR PUSTAKA
Johnson, D. P.1989. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 2. Jakarta: Gramedia
Poloma. 2013. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers
Ritzer. 2014. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zeitlin. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar