Sabtu, 16 Januari 2016

Laporan Penelitian Sosiologi Keluarga


STRATEGI BERTAHAN HIDUP SINGLE PARENT CACAT FISIK
(Dusun Dengok Ngampo, Pacarejo, Semanu, Gunungkidul)
Dosen Pembimbing : Poerwanti Hadi PratiwiS. Pd, M.Si











Di Susun Oleh :
Rini Arofah Nurjannah (14413244006)


Pendidikan Sosiologi A
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
2015

KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan penelitian yang berjudul “Strategi Bertahan Hidup Single Parent Cacat Fisik Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul” ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada kami, diantaranya :
1.      Poerwanti Hadi Pratiwi selaku dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Keluarga.
2.      Subakir selaku staff pengurus kelurahan kecamatan semanu
3.      Rigo Yulianto selaku perangkat desa (RT) dusun ngampo
4.      Ayah dan Ibunda tercinta yang telah bersusah payah memberi motivasi dan
dukungan tanpa kenal lelah, ridhamu adalah semangat hidupku.
5.      Warga masyarakat desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul.
6.      Teman-teman yang telah bekerjasama dalam penyelesaian penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis, sangat memohon masukan yang konstruktif demi perbaikan laporan penelitian ini.Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.


Yogyakarta , 26 Desember 2015

Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN  JUDUL      .....................................................................................................          i
KATA PENGANTAR     .....................................................................................................          ii
DAFTAR ISI   .................................................................................................... …… ……             iv
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah     ...................................................................................          1
B.     Pembatasan Masalah  ............................................................................................          2
C.     Rumusan Masalah  .................................................................................................          2
D.    Tujuan Penelitian   .................................................................................................          3
E.     Manfaat penelitian   ...............................................................................................          4

BAB II KAJIAN TEORI
A.    Strategi Bertahan Hidup   ......................................................................................          5
1.      Strategi Bertahan Hidup  .................................................................................          5
2.      Teori Mc Clelland dan Aksi Interaksi   .........................................................          8
B.     Single Parenst Cacat Fisik   ......................................................................                     12     
1.      Single Parents  .......................................................................................                  12
2.      Cacat Fisik  ............................................................................................                    13
BAB  III HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Lokasi dan Informal  ................................................................                   17
1.      Deskripsi Lokasi   .................................................................................                   17
2.      Deskripsi Informal  ...............................................................................                  19
B.     Analisis dan Pembahasan  .........................................................................                  23
1.      Strategi Bertahan Hidup Single Parent Cacat Fisik  ...........................             23
2.      Upaya Pemerintah dan Masyarakat dalam Membantu Single Parent Cacat
 Fisik Memenuhi Kebutuhan Hidup   ....................................................            26
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan  .....................................................................................................          31
B.     Saran    ...............................................................................................................          32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

 BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah

Strategi bertahan hidup adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh setiap orang untuk dapat mempertahankan hidupnya melalui pekerjaan apapun yang dilakukannya. Strategi bertahan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat dasar agar dapat melangsungkan hidupnya. Manusia sebagai mahluk sosial yang hidup dengan makhluk sosial lainnya harus bertingkah laku sesuai tuntutan lingkungan tempat dimana manusia itu tinggal, dan tuntutan itupun tidak hanya berasal dari dirinya sendiri. Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap manusia. Karena permasalahan ekonomi merupakan problema yang menyangkut pada kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak. Berbagai cara/strategi bertahan hidup dilakukan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul juga terkenal akan tingkat perceraian yang tinggi yang menyebabkan banyaknya single parent (orang tua tunggal) khususnya di desa Pacarejo semanu. Di desa ini memiliki banyak single parent, baik janda cerai hidup maupun cerai mati dan juga single parent cacat fisik. Single parents cacat fisik adalah orang tua tunggal dengan keadaan tubuh tidak normal atau cacat dan  secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, tanggung jawab pasangannya dan hidup bersama dengan anak-anaknya dalam satu rumah. Dalam hal ini semakin berkembangnya zaman menimbulkan tingginya tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup lebih dari sekedar kebutuhan sandang, pangan, dan papan seperti pendidikan. Kondisi inilah yang mengharuskan seorang single parent, khususnya single parent cacat fisik, dimana dia memiliki kekurangan dalam tubuhnya yang menghambat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk memiliki cara dalam mengatur strategi mempertahankan hidup di tengah masyarakat.
Bertitik tolak dari keadaan tersebut, perlu kiranya dikaji secara mendalam untuk mendapatkan hasil obyektif dengan memakai pendekatan ilmiah.Untuk itu penulis mencoba mengkaji persoalan diatas secara sistematis, dengan membuat penelitian yang berjudul “Strategi Bertahan Hidup Single Parent Cacat Fisik di Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul”.
2.      Pembatasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka peneliti perlu membatasi masalah penelitian yaitu dengan memfokuskan pada strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh single parent cacat fisik di desa pacarejo, semanu, gunungkidul.

3.      Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
a.      Bagaimana strategi bertahan hidup single parent cacat fisik di desa pacarejo, semanu, gunungkidul ?
b.      Bagaimana upaya pemerintah dan masyarakatdalam membantu single parent cacat fisik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya?


4.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.      Untuk mengetahui strategi bertahan hidup single parent cacat fisik di desa pacarejo, semanu, gunungkidul.
b.      Untuk mengetahui upaya pemerintah dan masyarakat dalam membantu single parent cacat fisik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

5.      Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
a.      Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan teori yang telah didapat didalam perkuliahan serta mampu melihat realita permasalahan sosial dan serta bermanfaat untuk menambah pengetahuan dalam pengalaman sebagai bekal untuk terjun ke dalam lingkungan masyarakat.

b.      Pembaca
Melalui penelitian ini diharapkan pembaca memperoleh informasi mengenai startegi bertahan hidup single parent cacat fisik.

c.      Masyarakat umum
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang strategi bertahan hidup single parent cacat fisik dan dapat memberikan perhatian terhadap fenomena sosial yang terdapat dalam lingkungan sosial.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A.    Strategi Bertahan Hidup

Snel dan Staring dalam Resmi Setia (2005;6) mengemukakan bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi.
Melalui strategi ini seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan dari sumber-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringansosial yang dipilih, termasuk keahlian dan memobilitasi sumber daya yang ada, tingkat keterampilan, kepemilikan aset, jenis pekerjaan, status gender, dan motivasi pribadi. Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan memobilitas sumber daya yang ada termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan dari orang lain membantu individu dalam menyusun strategi bertahan hidup.
Dalam menyusun strategi, individu tidak hanya menjalankan satu jenis strategi saja, sehingga kemudian muncul istilah multiple survival strategies atau strategi bertahan jamak.Selanjutnya Snel dan Starring mengartikan hal ini sebagai kecenderungan pelaku-pelaku atau rumah tangga untuk memiliki pemasukan dari berbagai sumber daya yang berbeda, karena pemasukan tunggal terbukti tidak memadai untuk menyokong kebutuhan hidupnya. Strategi yang berbeda-beda ini dijalankan secara bersamaan dan akan saling membantu ketika ada strategi yang tidak bisa berjalan dengan baik.
Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci strategi-strategi bertahan hidup yang umum digunakan.

a.      Strategi Aktif
Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Menurut Suharto (2009:31) strategi aktif merupakan strategi yang dilakukan keluarga miskin dengan cara mengoptimalkan segala potensi keluarga (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan apapun demi menambah penghasilannya). Strategi aktif yang biasanya dilakukan petani kecil adalah dengan diversifikasi penghasilan atau mencari penghasilan tambahan dengan cara melakukan pekerjaan sampingan. Menurut Stamboel (2012:209) diversifikasi penghasilan yang dilakukan petani miskin merupakan usaha agar petani dapat keluar dari kemiskinan, deversifikasi yang bisa dilakukan antara lain berdagang, usaha bengkel maupun industri rumah tangga lainnya. Sedangkan menurut Andrianti (dalam Kusnadi, 2000:192) salah satu strategi yang digunakan oleh rumah tangga untuk mengatasi kesulitan ekonomi adalah dengan mendorong para isteri untuk ikut mencari nafkah. Bagi masyarakat yang tegolong miskin mencari nafkah bukan hanya menjadi tanggungjawab suami semata tetapi menjadi tanggungjawab semua anggota keluarga sehingga pada keluarga yang tergolong miskin isteri juga ikut bekerja demi membantu menambah penghasilan dan mencukupi kebutuhan keluarganya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi aktif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan seseorang atau keluarga dengan cara memaksimalkan segala sumber daya dan potensi yang dimiliki keluarga mereka.
b.       Strategi Pasif
Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga sebagaimana pendapat Suharto (2009:31) yang menyatakan bahwa strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya). Strategi pasif yang biasanya dilakukan adalah dengan membiaskan hidup hemat. Hemat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sikap berhati-hati, cermat, tidak boros dalam membelanjakan uang. Sikap hemat merupakan budaya yang telah dilakukan oleh masyarakat desa terutama masyarakat desa yang tergolong dalam petani miskin. Menurut Kusnadi (2000:8) strategi pasif adalah strategi dimana individu berusaha meminimalisir pengeluaran uang, strategi ini merupakan salah satu cara masyarakat miskin untuk bertahan hidup. Pekerjaan sebagai petani yang umumnya dilakukan oleh masyarakat desa membuat pendapatan mereka relative kecil dan tidak menentu sehingga petani kecil di pedesaan lebih memprioritaskan kebutuhan pokok seperti kebutuhan pangan daripada kebutuhan lainnya. Pola hidup hemat dilakukan petani agar penghasilan yang mereka terima bisa untuk mencukupi kebutuhan pokok keluarga mereka. Petani kecil biasanya menerapkan hidup hemat dengan cara berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka. Sikap hemat terlihat pada kebiasaan keluarga petani yang membiasakan untuk makan dengan lauk seadanya dan hanya membeli daging ketika hari besar seperti hari raya idul fitri.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi pasif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara selektif, tidak boros dalam mengatur pengeluaran keluarga.

c.      Strategi Jaringan
Strategi jaringan adalah strategi yang dilakukan dengan cara memanfaatkan jaringan sosial. Menurut Suharto (2009:31) strategi jaringan merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi, baik formal maupun dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang kepada tetangga, mengutang di warung atau toko, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya). Menurut Kusnadi (2000:146) strategi jaringan terjadi akibat adanya interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, jaringan sosial dapat membantu keluarga miskin ketika membutuhkan uang secara mendesak. Secara umum strategi jaringan sering dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang tergolong miskin adalah dengan meminta bantuan pada kerabat atau tetangga dengan cara
meminjam uang. Budaya meminjam atau hutang merupakan hal yang wajar bagi masyarakat desa karena budaya gotong royong dan kekeluargaan masih sangat kental dikalangan masyarakat desa. Strategi jaringan yang biasanya dilakukan petani adalah memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki dengan cara meminjam uang pada kerabat, bank dan memanfaatkan bantuan sosial lainnya. Bantuan sosial yang diterima petani kecil merupakan modal sosial yang sangat berperan sebagai penyelamat ketika keluarga petani kecil yang tergolong miskin membutuhkan bantuan sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Stamboel (2012:244) yang mengatakan bahwa modal sosial berfungsi sebagai jaring pengaman sosial bagi keluarga miskin. Bantuan dalam skala keluarga besar, komunitas atau dalam relasi pertemanan telah banyak menyelamatkan keluarga miskin.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi jaringan adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminta bantuan kepada kerabat, tetangga dan relasi lainnya baik secara formal maupun informal ketika dalam kesulitan, seperti meminjam uang ketika memerlukan uang secara mendadak..

1.      Teori Mc Clelland
Dalam teori ini ditekankan mengenai adanya beberapa individu memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil.Mereka lebih berjuang untuk memperoleh pencapaian pribadi daripada memperoleh penghargaan.Mereka memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau efisien dibandingkan sebelumnya.Dorongan ini merupakan kebutuhan pencapaian (nAch).
Mc Clelland dalam Robinson (2007:230) menemukan bahwa individu dengan prestasi tinggi membedakan diri mereka dari individu lain menurut keinginan mereka untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Mereka mencari situasi-situasi dimana bisa mendapatkan tanggung jawab pribadi guna mencapai solusi atas berbagai masalah. Bisa menerima umpan balik yang cepat atas kinerja sehingga dapat dengan mudah mereka berkembang atau tidak dan dimana mereka bisa menentukan tujuan-tujuan yang cukup menantang.
Teori ini sesuai dengan fenomena yang terjadi pada aktivitas yang dilakukan oleh single parent cacat fisik.Dengan kondisi ekonomi yang serba sulit, semangat kerja mereka tetap bertahan.yang telah termakan waktu tidak menurunkan semangat mereka untuk tetap bekerja.

2.      Teori Aksi dan interaksi
Fokus dari interaksionisme simbolik adalah dampak dari makna-makna dan simbol-simbol yang digunakan dalam aksi dan interaksi manusia dalam tindakan sosial yang covert dan overt. Melalui aksi dan interaksi ini pula manusia membentuk suatu makna dari simbol yang dikonstruksikan secara bersama. Suatu makna dari simbol dapat berbeda menurut situasi.
Dalam teori ini ditekankan bahwa individu menentukan sendiri barang sesuatu yang bermakna bagi dirinya sendiri. Jadi sebagai subyek, manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang memberikan makna baginya.Teori ini menjelaskan strategi untuk mempertahankan hidup khususnya bagi single parent cacat fisik di desa pacarejo, semanu, gunungkidul.
Aksi-aksi yang dilakukan guna :
a.      Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan.
b.      Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
Aksi atau tindakan sosial pada dasarnya adalah sebuah tindakan seseorang yang bertindak melalui suatu pertimbangan menjadi orang lain dalam pikirannya. Atau, dalam melakukan tindakan sosial, manusia dapat mengukur dampaknya terhadap orang lain yang terlibat dalam serangkaian tindakan itu.
Dalam proses interaksi, manusia memakai simbol-simbol untuk mengomunikasikan makna-makna dalam diri yang ingin disampaikan. Dan setelahnya proses tadi, manusia lain yang terlibat dalam interkasi tersebut mengintepretasikan simbol-simbol tadi berdasar intepretrasinya sendiri. Secara garis besar terdapat hubungan timbal balik antar aktor dalam berinteraksi.
Analisis Mead tentang stimulus dan respon masuk dalam kerangka perilaku seperti ini, seperti hewan yang hanya melempar stimulus dan menerimanya sehingga mengeluarkan respon untuk stimulus itu seketika itu juga tanpa mempertimbangkan apapun berdasar pengalaman atau memori.  Berbeda dengan manusia sebagai individu yang berinteraksi dengan manusia yang lain, perbedaannya dalam interaksi antarmanusia sebagai individu terdapat tempat atau momentum di mana pikiran mengambil tempat dalam proses stimulus-respon tersebut. Manusia sebagai individu memiliki pikiran yang mempengaruhi setiap tindakan yang akan dilakukan olehnya.
Tindakan menurut Mead menurut analisisnya melalui empat tahapan, yaitu impuls, persepsi, manipulasi, dan konsumasi. Keempat tahap ini menurut Mead menjadi suatu rangkaian dalam melakukan suatu tindakan yang tidak dapat dilepaskan satu per satu.
Impuls, sama seperti stimulus atau rangsangan yang didapatkan ataupun muncul tiba-tiba pada seorang individu. Dalam kehidupan sosial, impuls bukan hanya sekedar rasa lapar saja, melainkan juga berbagai masalah dapat menjadi impuls bagi individu yang menyebabkan individu harus dapat mencari pemecahan terhadap masalah tersebut. Persepsi adalah proses tanggapan dan respon terhadap impuls (permasalahan) yang dihadapi individu. Pikiran (Mind) dalam tahap ini sangat berperan penting dalam menyikapi impuls tersebut. Pada tahap persepsi yang memerankan pikiran dalam prosesnya, individu memberi ruang untuk memikirkan dan mempetimbangkan segala sesuatu untuk bertindak, mana yang akan diambil dan dibuang dari pikirannya. Manipulasi menjadi tahap ketiga dari serangkaian tahap tindakan. Tahap ini menjadi proses tentang pengambilan keputusan setelah melalui tahap persepsi tadi.
Konsumasi adalah suatu proses di mana individu untuk menentukan melakukan sebuah tindakan atau tidak untuk memenuhi kebuthan yang diciptakan dari impuls tadi. Disini terdapat perbedaan antara manusia dan binatang, dalam tahap ini dan manipulasi, pengalaman masa lalu dilibatkan oleh individu yaitu manusia, berbeda dengan binatang yang dalam dua tahap ini bersifat coba-coba.

B.     Single Parents Cacat Fisik
1.      Single Parents
single parent adalah proses pengasuhan anak, hanya ada salah satunya, ayah atau ibu. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai keluarga dimana salah satu orang tuanya tidak ada lagi. Keadaan ini menimbulkan apa yang disebut dengan keluarga dengan single parent.
Menurut Hurlock (1999) pengertian single parent adalah orangtua yang telah menduda atau menjanda entah bapak atau ibu, mengasumsikan tanggung jawab untuk memelihara anak-anak setelah kematian pasangannya, perceraian atau kelahiran anak diluar nikah (Hurlock, 1999).
Hammer&Turner (1990) menyatakan bahwa: “A single parent family consist of one parent with dependent children living in the same household” (Hamner&Turner, 1990). Sementara itu, Sager, dkk (dalam Duvall&Miller, 1985) menyatakan bahwa orang single parent adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, dan tanggung jawab pasangannya.
Sejalan dengan pendapat Sager, dkk, Perlmutter dan Hall (1985) menyatakan bahwa single parent adalah: “Parents without partner who continue to raise their children” (Perlmutter & Hall, 1985).
Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga dengan single parent adalah keluarga yang hanya terdiri dari satu orang tua yang dimana mereka secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, tanggung jawab pasangannya dan hidup bersama dengan anak-anaknya dalam satu rumah.
2.      Cacat Fisik
Cacat fisik adalah orang-orang yang cacat tubuhnya atau cacat fisik adalah mereka yang tubuhnya tidak normal sehingga sebagian besar kemampuannya untuk berfungsi di masyarakat terhambat. Orang Yang Memiliki Gangguan Cacat Fisik dapat dilihat dari aspek fisik seseorang kelompok ini dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
1.         Tuna Netra
2.         Tuna Rungu
3.         Tuna daksa
  • Tuna Netra
Seseorang  dikatakan tuna netra apabila mereka kehilangan daya lihatnya sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan fasilitas pendidikanseseorang awas/normal pada umumnya sehingga untuk mengembangkan potensinya diperlukan layanan pendidikan khusus. Tuna netra dibagi menjadi dua , yaitu:
1.   Kurang awas (low vision), yaitu seseorang dikatakan kurang awas bila ia masih memiliki sisa penglihatan sedemikian rupa sehingga masih dapat sedikit melihat atau masih bisa membedakan gelap dan terang.
2.   Buta (blind), yaitu seseorangdikatakan buta apabila ia sudah tidak memiliki sisa penglihatan sehingga tidak dapat membedakan gelap dan terang.
  • Tuna Rungu
Seseorang dikatakan tuna rungu apabila mereka kehilangan daya dengarnya sedemikian rupa sehingga untuk pengembangan potensinya diperlukan pendidikan khusus. Tuna rungu dibagi dua, yaitu:
1.            Tuli (deaf)
            Jika mereka kehilangan kemampuan mendengar 70 dB atau lebih sehingga akan mengalami kesulitan untuk dapat mengerti atau memahami pembicaraan orang lain melalui pendengarannya, walaupun dengan menggunakan atau tidak menggunakan alat Bantu dengar.
2.            Lemah Pendengaran (a hard of hearing)
            Jika mereka kehilangan kemampuan mendengar berkisar antara 35-69 dB, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk mendengar tetepi tidak terhalang baginya untuk mengerti pembicaraan orang lain walaupun dengan menggunakan atau tidak menggunakan alat Bantu dengar (Moores, 1987:5).
  • Tuna Daksa
Seseorang dikatakan mengalami ketunadaksaan apabila terdapat kelainan anggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk sehingga mengakibatkan turunnya kemampuan normal untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu dan untuk mengotimalkan potensi kemampuannya diperlukan layanan khusus . Tuna daksa ada dua kategori, yaitu:
1.      Tuna daksa orthopedic (Orthopedically handicapped), yaitu mereka yang mengalami kelainan, kecacatan tertentu sehingga menyebabkan terganggunya  fungsi tubuh. Kelainan tersebut dapat terjadi pada bagian tulang-tulang, otot-otot tubuh maupun pada daerah persendian, baik yang dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh kemudian. Contoh: anak polio.
2.      Tuna daksa syaraf (Neurologically handicapped), yaitu kelainan yang terjadi pada anggota tubuh yang disebabkan gangguan pada urat syaraf. Salah satu kategori penderita tunadaksa syaraf dapat dilihat pada anak cerebral pasly.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa single parents cacat fisik adalah orang tua tunggal dengan keadaan tubuh tidak normal atau cacat dan  secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, tanggung jawab pasangannya dan hidup bersama dengan anak-anaknya dalam satu rumah.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    DESKRIPSI LOKASI DAN INFORMAN
1.      Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsi desa pacarejo semanu gunungkidul (dusun dengok ngampo)
·     Desa Pacarejo merupakan wilayah desa paling barat di Kecamatan Semanu.Terletak sekitar 5 km dari Ibukota Kecamatan Semanu atau 5 km dari Ibukota Kabupaten Gunungkidul (Wonosari).
·     Padukuhan Ngampo
Padukuhan Dengok Ngampo merupakan bagian dari Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Profinsi Daerah Istimewa Yigyakarta.
Padukuhan ini terdiri dari 7 RT yakni RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05, RT 06, dan RT 07.

a.      Letak Geografis Padukuhan Ngampo
Padukuhan Dengok Ngampo merupakan salah satu padukuhan yang terletak di Desa Pacarejo.Padukuhan Ngampo terletak sekitar 7 km dari Kota Wonosari.
Batas–batas wilayah Padukuhan Ngampo adalah sebagai berikut:
1)  Sebelah utara         : Padukuhan Jasem Kidul
2)  Sebelah timur         : Hutan
3)  Sebelah selatan      : Padukuhan Trukan Ngampo
4)  Sebelah barat         : Padukuhan Dengok Kidul


b.      Keadaan Alam dan Potensi Fisik
Secara umum, kondisi alam di Padukuhan Ngampo adalah agraris yang digunakan untuk pertanian, di Padukuhan Ngampo terdapat satu telaga besar yang akan kering di musim kemarau dan terdapat di tengah-tengah Padukuhan. Pada saat musim hujan wilayah padukuhan Ngampo berpotensi untuk tanaman Palawija. Komoditas pertanian unggulan adalan singkong dan orok-orok. Singkong kerap sekali dimanfaatkan untuk pembuatan gaplek, sedangkan orok-orok diolah menjadi tempe
c.      Keadaan Perekonomian
Mata pencaharian penduduk Padukuhan Ngampo sebagian besar adalah petani. Selain itu sebagian kecil bekerja sebagai Wiraswasta dan buruh. Banyak usaha yang berkembang di Dukuh Ngampo, seperti usaha souvenir berupa gelang dan gantungan pintu, serta home industry kriping ketela. Selain itu, mata pencaharian warga Dusun Ngampo juga di merantau ke Kota Bandung dan Kota Yogyakarta untuk berjualan.
d.      Keadaan Sosial Budaya
Organisasi kemasyarakat yang berkembang di Padukuhan Ngampo adalah Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Posyandu, Remaja Masjid, Karang Taruna dan Kelompok Tani. Minat kesenian di Dusun Ngampo juga tinggi terlihat dari tingginya minat belajar seni karawitan oleh remaja Dusun Ngampo dimana mereka memilih jurusan karawitan di SMKI. Sedangkan untuk kegiatan olahraga sudah teroganisir dan rutin dilakukan berupa olahraga voly. Adapun agama yang dianut oleh penduduk Padukuhan Ngampo semua masyarakat beragama Islam dan kegiatan keagamaan dilakukan di 3 tempat peribadatan, yaitu Masjid Al-Mustaqim, Mushola Al Hidayah, dan Mushola Al-Hikmah.

         Disusun ini dilihat berbagai hasil laporan penelitian juga terkenal akan tingkat perceraian, pernikahan dini, dan bunuh diri yang tinggi. Tak jarang akan adanya janda ataupun duda yang terdapat didusun ini, baik karena perceraian ataupun kematian. Perceraian dan kematian sebagain besar disebabkan akan tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah. Didesa ini terdapat 43 single parents yang 7 diantaranya adalah single parent cacat fisik. Perangkat desa yang bekerja sama dengan pemerintah daerah memberikan bantuan dalam hal kebutuhan ekonomi untuk single parent yang kurang mampu.

2.      Deskripsi Informal
Informal dalam penelitian ini berjumlah 7 orang, terdiri dari 1 staff kelurahan Pacarejo, 1 ketua RT Dusun Dengok Ngampo, 2 warga masyarakat dan 3 single parent cacat fisik. Pengambilan sampel penelitian ini adalah single parent cacat fisik, yaitu single parent atau orang tua tunggal yang memiliki kekurangan dalam fisiknya yang masing-masing mempunyai strategi sendiri-sendiri dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Berikut ini deskripsi informan yang saya wawancarai :
a.      SBK
Merupakan staff kelurahan desa Pacarejo.Dalam datanya desa ini terdapat 43 single parent yang 7 diantaranya adalah single parent cacat fisik.Perangkat desa yang bekerja sama dengan pemerintah daerah memberikan bantuan dalam hal kebutuhan ekonomi untuk single parent yang kurang mampu. Biasanya sembako yang meliputi beras, minyak, gula, mie, dan lain-lain.Terdapat juga bantuan dalam bentuk uang yang disebut dengan BLT (Bantuan Langsung Tunai). Bantuan yang lain biasanya dari mahasiswa yang sedang KKL atau melaksanakan Bakti Sosial.
b.      RY
Merupakan ketua RT dusun dengok ngampo. Dalam datanya didusun ini terdapat 13 single parent yang 3 diantaranya adalah single parent cacat fisik, dimana cacat tersebut terjadi sejak lahir. Dalam hal ekonomi, pemerintah daerah dan perangkat desa sangatlah membantu, baik berupa sembako maupun BLT (Bantuan Langsung Tunai)  yang berupa uang tunai. Warga masyarakat juga membantu sesuai dengan kemampuan mereka sendiri-sendiri.Biasanya dalam hal gotong royong membuat rumah, membuatkan bak penampungan air, meringankan biaya listrik, memanen hasil panen dan lain-lain.

c.      SDR

Merupakan warga masyarakat dusun ngampo.Menurut beliau pemerintah dan perangkat memberi bantuan kepada single parent cacat fisik tersebut.Sistem kekerabatan pun juga masih erat ditananmkan didesa ini, jadi single parent tersebut tidak terlalu merasa kesusahan dan merasa sendiri dalam melakukan sesuatu. Sebab warga disini saling membantu satu sama lain. Menurutnya hidup didalam masyarakat itu harus saling bekerjasama, karena kita tidsk bisa hidup sendiri tanpa adanya orang lain yang membangtu kita.

d.      DSM
Merupakan single parent cacat fisik.Dia berumur 54 tahun, yang mengidap cacat dalam kakinya.Kedua kakinya lumpuh yang menghambat dia untuk berjalan.Dia menjadi single parent sejak 10 tahun yang lalu, dimana suaminya meninggal sebab penyakit tumor dibagian lehernya.Dia memiliki 1 anak perempuan yang pada saat itu anaknya berumur 20 tahun dan belum menikah. DSM merasa terpukul akan meninggalnya sang suami, dikarenakan anaknya sudah merencanakan pernikahannya tahun depan. Padahal seorang ayahlah yang dijadikan sebagai wali dalam pernikahan, disini DSM mencoba menguatkan hati anaknya untuk tetap bersabar dan melanjutkan rencana pernikahannya.Kini DSM bekerja sebagai petani dan buruh ngelupas ketela dan kacang sebagai pekerjaan sampingan.Untuk bekerja dia setiap harinya ngesot pelan-pelan sesuai kemampuannya.Menurutnya warga di dusun ini tingkat partisipasinya sangat luar biasa, warga banyak mebantunya dalam segi ekonomi maupun dalam bantuan yang lain, seperti yang mereka lakukan ketika anaknya melaksanakan pernikahan.Warga bergotong royong membuat tenda seadanya dalam pernikahan ini.Tidak megah seperti yang direncanakan tapi semua berjalan dengan lancar.

e.      RLH
Merupakan single parent cacat fisik.dia berumur 61 tahun. Dia mengidap cacat dalam kakinya sejak lahir, dimana kaki satunya pincang atau tidak normal.Dia memiliki 2 anak, yaitu 1 laki-laki dan 1 perempuan.Dia menjadi single parent sekitar 25 tahun yang lalu, dimana suaminya pergi meninggalkan rumah tanpa alasan pasti.Suami pergi begitu saja. Mungkin sudah mati ataukah menikah lagi saya tidak tau “tuturnya” .Sejak suaminya pergi dia bekerja sebagai petani. Dia menggunakan kayu sebagai alat bantu untuk berjalan kesawah. Untuk masalah kebutuhan hidup, diam merasa kurang.Karena dia harus menyekolahkan kedua anaknya sampai jenjang SMP.Untuk biaya sekolah dia penuhi dengan hasil panennya dan memilih sekolah yang gratis.Tak jarang juga cemoohan dari orang terlontar untuknya.Khususnya untuk kedua anaknya.Kedua anaknya sering diejek teman sekolahnya karena bapaknya pergi dari rumah.Sebagai orang tua tunggal, RLH sekuat tenaga untuk bisa memberi penjelasan dan pengertian kepada anak-anaknya.

f.       WDN

Merupakan single parent cacat fisik.Dia berumur 45 tahun, dengan keadaan tidak normal, yaitu pendengarannya yang kurang baik.Dia menjadi single parent sejak 2 tahun silam, sebab istrinya selingkuh dengan teman kerjanya.Dia mempunyai 2 anak, yaitu 1 perempuan dan 1 laki-laki.Untuk memenuhi kebutuhannya dia bekerja sebagai tukang mebel dan bertani. Anaknya laki-laki berumur 25 tahun dan perempuan berumur 15 tahun masih SMP.Pekerjaan sehari-hari dia dengan membuat kursi, meja, almari pesenan orang.Dengan kondisi pendengaran yang kurang jelas menghambat dia untuk menjadi guru.Akhirnya dia menjadi tukang mebel saja. Dia menghidupi kedua anaknya dengan penghasilan yang cukup. Tak jarang tetangga membantunya dengan memberi makanan untuk kebutuhan makannya. Sebab sejak dia bercerai, jarang sekali dia memasak sendiri. Dia kini sudah menggunakan alat bantu pendengaran yang diberikan oleh pemerintah daerah untuknya.

B.     ANALISIS PEMBAHASAN

1.   Strategi Bertahan Hidup Single Parent Cacat Fisik di desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul
Strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga untuk mencapai kebutuhan secara sosial ekonomi. Sedangkan single parents cacat fisik adalah orang tua tunggal dengan keadaan tubuh tidak normal atau cacat dan  secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, tanggung jawab pasangannya dan hidup bersama dengan anak-anaknya dalam satu rumah. Jadi dalam hal ini pembahasan kami adalah mengenai strategi bertahan hidup orang tua tunggal dengan keadaan tubuh yang tidak normal dalam memenuhi kebutuhan hidupnya bersama anak-anaknya.
Dari hasil penelitian, strategi bertahan hidup single parents cacat fisik dalam menjalankan kelangsungan hidupnya, yaitu dengan melakukan :
e.         Pekerjaan sampingan selain sebagai petani yaitu dengan buruh sebagai tukang mengupas ketela dan kacang, tukang mebel, pembantu rumah tangga, buruh hasil panen dan lain-lain.
f.          Selain dengan melakukan pekerjaan sampingan, para single parent cacat fisik juga Meminjam (berhutang) pada teman, tetangga dan lainnya.
g.         Menabung. Sebagian penghasilan ditabung untuk keperluan pendidikan anak dan lain-lain. Bahkan terkadang untuk keperluan tak terduga.
h.         Memilihkan sekolah gratis untuk anak-anaknya.
i.           Menampung hasil panen dilumbung atau almari penyimpangan, biasanya dalam hal menyimpan padi dan ketela.
j.           Menggunakan surat keterangan tidak mampu dalam menyekolahkan anaknya

Seperti yang dilakukan oleh narasumber kami. Mbah Dasem, Merupakan single parent cacat fisik. Dia berumur 54 tahun, yang mengidap cacat dalam kakinya. Kedua kakinya lumpuh yang menghambat dia untuk berjalan. Dia menjadi single parent sejak 10 tahun yang lalu, dimana suaminya meninggal sebab penyakit tumor dibagian lehernya. Dia memiliki 1 anak perempuan yang pada saat itu anaknya berumur 20 tahun dan belum menikah. DSM merasa terpukul akan meninggalnya sang suami, dikarenakan anaknya sudah merencanakan pernikahannya tahun depan. Padahal seorang ayahlah yang dijadikan sebagai wali dalam pernikahan, disini DSM mencoba menguatkan hati anaknya untuk tetap bersabar dan melanjutkan rencana pernikahannya. Kini DSM bekerja sebagai petani dan buruh ngelupas ketela dan kacang sebagai pekerjaan sampingan. Untuk bekerja dia setiap harinya ngesot pelan-pelan sesuai kemampuannya. Sistem hutang piutang tidak jarang lagi dia lakukan untuk memenuhi kebutuhan anaknya, khususnya ketika anak perempuannya akan menikah.

Lain hal nya yang dilakukan oleh Lek Rilah. Dia merupakan single parent cacat fisik berumur 51 tahun. Dia mengidap cacat dalam kakinya sejak lahir, dimana kaki satunya pincang atau tidak normal. Dia memiliki dua anak, yaitu satu laki-laki dan satu perempuan. Dia menjadi single parent sekitar 25 tahun yang lalu, dimana suaminya pergi meninggalkan rumah tanpa alasan pasti. Suami pergi begitu saja. Mungkin sudah mati ataukah menikah lagi saya tidak tau “tuturnya” . Sejak suaminya pergi dia bekerja sebagai petani dan pembantu rumah tangga di kota wonosari. Dia menggunakan kayu sebagai alat bantu untuk berjalan kesawah. Untuk masalah kebutuhan hidup, diam merasa kurang. Karena dia harus menyekolahkan kedua anaknya sampai jenjang SMP. Untuk biaya sekolah dia penuhi dengan hasil panennya dan memilih sekolah yang gratis. Bukan hanya segi ekonomi yang dia berikan untuk kedua anaknya, namun psikis anaknya pun juga sangat dibutuhkan. Kepergian suaminya yang tanpa alasan membuat dia harus memiliki cara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kedua anaknya dan juga pertanyaan dari warga sekitar. Tak jarang juga cemoohan dari orang terlontar untuknya. Khususnya untuk kedua anaknya .Kedua anaknya sering diejek teman sekolahnya karena bapaknya pergi dari rumah. Sebagai orang tua tunggal, Rilah sekuat tenaga untuk bisa memberi penjelasan dan pengertian kepada anak-anaknya.

Tidak hanya seorang perempuan yang menjadi single parents di dusun ini, terdapat juga laki-laki yang menjadi orang tua tunggal untuk anak-anaknya. Wadiman merupakan single parent cacat fisik. Dia berumur 45 tahun, dengan keadaan tidak normal, yaitu pendengarannya yang kurang baik. Dia menjadi single parent sejak dua tahun silam, sebab istrinya selingkuh dengan teman kerjanya. Dia mempunyai dua anak, yaitu satu perempuan dan satu laki-laki. Untuk memenuhi kebutuhannya dia bekerja sebagai tukang mebel dan bertani. Anaknya laki-laki berumur  25 tahun dan perempuan berumur 15 tahun masih SMP. Untuk masalah sekolah dia juga memilihkan anaknya sekolah di sekolah yang gratis, baginya bukan perkara sekolah dimana yang menjadi acuan orang sukses, namun usahalah yang membuat orang menjadi sukses. Pekerjaan sehari-hari dia dengan membuat kursi, meja, almari pesenan orang. Dengan kondisi pendengaran yang kurang jelas menghambat dia untuk menjadi guru TK. Akhirnya dia menjadi tukang mebel saja. Dia menghidupi kedua anaknya dengan penghasilan yang cukup. Tak jarang tetangga membantunya dengan memberi makanan untuk kebutuhan makannya. Sebab sejak dia bercerai, jarang sekali dia memasak sendiri. Dia kini sudah menggunakan alat bantu pendengaran yang diberikan oleh pemerintah daerah untuknya.


2.   Upaya pemerintah dan masyarakat dalam membantu single parent cacat fisik memenuhi kebutuhan hidup
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang diwilayah tertentu, sedangkan masyarakat adalah organisasi sosial yang memunculkan pikiran dan diri yang dibentuk dari pola-pola interaksi antar individu. Dan norma-norma dalam masyarakat adalah sebagai respon.
Dari  pengertian diatas telah tergambar jelas bahwa pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan. Dengan kepemilikan kekuasaan tersebut untuk mensejahterakan rakyatnya, pemerintah haruslah berpartisipasi dan melihat keadaan yang terdapat di sekelilingnnya, dan diharapkan memiliki solusi dan upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, seperti yang dilakukan pemerintah daerah Gunungkidul, dimana pemerintah daerah berpartisipasi penuh dalam kesejahteraan rakyat Gunungkidul.
Hasil dari penelitian kami mengenai Strategi Single Parents Cacat Fisik, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat adalah sebagai berikut  :
a.      Memberikan bantuan untuk single parents yang kurang mampu
b.      Pemberian sembako
c.      Pencarian BLT (Bantuan Langsung Tunai)
d.      Pemberian alat bantu untuk penderita cacat fisik
e.      Memprioritaskan bakti sosial dari mahasiswa untuk single parents cacat fisik
f.       Membuatkan pernyataan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)
g.      Membuatkan RASKIN (Rakyat Miskin) untuk bantuan beras dari pemerintah daerah.
Seperti yang telah dilakukan oleh pemerintahan dari kelurahan desa pacarejo, dimana perangkat desa yang bekerja sama dengan pemerintah daerah memberikan bantuan dalam hal kebutuhan ekonomi untuk single parent cacat fisik yang kurang mampu. Bantuan-bantuan tersebut, yaitu sembako yang meliputi beras, minyak, gula, mie, dan lain-lain. Terdapat juga bantuan dalam bentuk uang yang disebut dengan BLT (Bantuan Langsung Tunai), pembuatan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) pembuatan SKTM ini surat untuk menjelaskan bahwa keluarga ini tergolong dalam keluarga kurang mampu, surat ini biasa digunakan dalam pendaftaran sekolah dan biaya-biaya sekolah yang sekiranya sangat mahal dan terakhir adalah RASKIN (Rakyat Miskin) surat keterangan Rakyat Miskin ini digunakan dalam pemberian bantuan kebutuhan pokok seperti beras.
Bantuan yang lain yaitu dari mahasiswa yang sedang KKL (Kuliah Kerja Lapangan) atau melaksanakan mahasiswa yang melaksanakan BAKSOS (Bakti Sosial). Seperti yang dilakukan oleh mahasiswa UNY, STAIYO dan UIN. Setiap tahun terdapat mahasiswa yang KKL di desa ini. Mahasiswa biasanya memberikan bantuan dalam bentuk uang, sembako dan keterampilan. Keterampilan-keterampilan yang diajarkan yaitu seperti pembuatan jamu tradisional, pembuatan manik-manik brous, pengolahan pupuk kompos dan lain-lain yang berhubungan dengan keadaan desa dan fasilitas yang ada.
Warga masyarakat juga memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan mereka sendiri-sendiri . Biasanya dalam hal gotong royong membuat rumah, membuatkan bak penampungan air, meringankan biaya listrik, memanen hasil panen dan lain-lain. Seperti yang dilakukan oleh warga RT 06 dan RT 07 dusun Dengok Ngampo kepada Single Parents cacat fisik yang berhasil kami wawancarai (Mbah Dasem). Dengan kondisinya yang lumpuh dan ditinggal suami untuk selamanya ini membuat dia terhambat dalam melakukan aktivitas yang berat. Semua aktivitas-aktivitas dibantu oleh warga RT 06 dan RT 07, dimana mereka membantu renovasi rumah, pembuatan bak penampungan air, dan acara pernikaha anak perempuan dari Mbah Dasem. Masyarakat berbondong-bondong tanpa pamrih membantu mbah dasem. “Hidup dalam masyarakat haruslah saring membantu satu sama lain, sebab tidak ada seorangpun yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain”, tutur pak Rigo. Dari sifat partisipasi masyarakat didesa ini dapat kita analisis bahwa sistem kekeluargaan yang terjalin sangatlah erat dan masih melekat sampai sekarang, sikap saling membantu dan pedulipun masih tergambar jelas. Sifat peduli sangat penting dalam kesejahteraan masyarakat, seperti yang dituturkan oleh pak Rigo, bahwa “yang dibutuhkan masyarakat Indonesia saat ini bukanlah kecerdasan saja, melainkan sikap peduli. Orang cerdas namun tidak peduli itu percuma”.
Kerjasama antara pemerintah, perangkat, masyarakat dan single parents cacat fisik terjadi dikarenakan adanya interaksi diantara mereka, baik interaksi secara langsung maupun tidak langsung (interaksi symbol). Interaksi secara langsung dilakukan dengan berbincangan sehari-hari dari warga masyarakat sekitar, sedangkan interaksi secara simbol adalah dengan menggunakan simbol-simbol yang digunakan dalam aksi dan interaksi manusia dalam tindakan sosial yang covert dan overt. Melalui aksi dan interaksi ini pula manusia membentuk suatu makna dari simbol yang dikonstruksikan secara bersama. Suatu makna dari simbol dapat berbeda menurut situasi. Dari hasil penelitian bisa dilihat dari aksi dan interaksi antara mereka, seperti simbol fisik, cara single parents cacat fisik tersebut dalam berjalan yang ringkih atau bisa disebut kesusahan yang membuat warga dan pemerintah merasa kasihan dan berinisiatif untuk menolong dalam hal apapun. Dapat dilihat juga melalui simbol sosial, dimana biasanya single parent cacat fisik dan anak-anaknya akan lebih tertutup apabila berhadapan dengan masyarakat luas, seperti yang dilakukan oleh Anggi, anak dari Lek Rilah. Dalam bermasyarakat dia agar terutup, sebab malu akan omongan tetangga yang menanyakan mengenai keadaan orang tuanya. Kemudian dalam simbol perilaku., dari hasil penelitian single parents cacat fisik beserta anak-anaknya berperilaku lebih pasif dan menjaga etika, tata aturan dan bahasa. Sebab dia telah menyadari bahwa etika dan tingkah laku dalam masyarakatlah yang akan membuat seseorang menjadi lebih dihargai.

BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi bertahan hidup single parent cacat fisik adalah dengan melakukan :
·        Pekerjaan sampingan selain sebagai petani yaitu dengan buruh sebagai tukang mengupas ketela dan kacang, tukang mebel, pembantu rumah tangga, buruh hasil panen dan lain-lain.
·        Selain dengan melakukan pekerjaan sampingan, para single parent cacat fisik juga Meminjam (berhutang) pada teman, tetangga dan lainnya.
·        Menabung. Sebagian penghasilan ditabung untuk keperluan pendidikan anak dan lain-lain. Bahkan terkadang untuk keperluan tak terduga.
·        Menampung hasil panen dilumbung atau almari penyimpangan, biasanya dalam hal menyimpan padi dan ketela.
·        Memilihkan sekolah gratis untuk anak-anaknya.
·        Menggunakan surat keterangan tidak mampu dalam menyekolahkan anaknya kejenjang yang lebih tinggi.
Kebutuhan hidup juga diberikan dari pemerintah dan partisipasi masyarakat, melalui : Pemberian sembako, Pencairan BLT (Bantuan Langsung Tunai), Pemberian alat bantu untuk penderita cacat fisik, Memprioritaskan bakti sosial dari mahasiswa untuk single parents cacat fisik, Membuatkan pernyataan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), dan Membuatkan RASKIN (Rakyat Miskin) untuk bantuan beras dari pemerintah daerah.
B.     SARAN
Setelah melakukan penelitian tentang strategi bertahan hidup single parents cacat fisik di dusun dengok ngampo, pacarejo, semanu, gunungkidul, maka ada beberapa saran yang diajukan yaitu :
a.   Bagi single parents cacat fisik
Kekurangan fisik bukanlah hal penghambat untuk terus berjuang melawan kerasnya kehidupan, untuk itu berjuang dan terus berusaha semampu dan sekuat tenaga adalah hal yang penting.  Jangan dijadikan kekurangan sebagai kelemahan
b.      Bagi masyarakat
Selalu bersikap kekerabatan dan pratisipasi kepada orang lain. Sebab didunia sosial ini seseorang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain
c.      Bagi pemerintah
Usahakan untuk memperhatikan rakya kecil atau kurang mampu.


 DAFTAR PUSTAKA

Baiquni, M. 2007. Strategi Penghidupan Di Masa Krisis. Yoyakarta: Ideas Media
Moleong, Lexy J. (1998). Metode Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-9. Bandung : Rosda Karya.
Soekanto, Soerjono. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar. Cetakan ke-38.Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada.
Setia, R. 2005. Gali Tutup Lubang Itu Biasa Strategi Buruh Menganggulangi
Persoalan Dari Waktu Ke Waktu. Bandung: Yayasan Akatiga
Robbins, Sthephen and Timothy A. Judge. (2007). Perilaku Organisasi. Jakarta; Salemba Empat
Internet :
-Skripsi Zaini Abidin 100210301014 (diakses 25 Desember 2015 , 06:48 WIB)
-Artikel Asongan Karya : Nur Hiyadah, M.Si (diakses 25 Desember 2015, 09:03 WIB)

  
LAMPIRAN 
         
Ketua RT dengok ngampo bersama keluarga             Perbincangan sekaligus wawancara dengan ketua RT dan warga yang sedang berkumpul makan bareng dirumah ketua RT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar